Strategi pemerintah siapkan SDM di revolusi industri 4-0

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Jump to navigation Jump to search

Warham A. Yusni, La Ode Saiful M, M. Alham Fatihah Akbar

Dengan melihat kondisi strategi Pemerintah khususnya dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menghadapi Revolusi Industri ke-4 menurut kami masih sebatas pada tahapan proses yang saat ini dijalankan.

Hal ini dapat diliat pada kondisi saat ini dengan mempersiapkan Tenaga Kerja Indonesia pada revolusi industri 4.0 yang belum optimal dilakukan karena jika berbicara SDM maka dibutuhkan kolaborasi antara Kementerian dan Lembaga Negara beserta dengan Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang terkait, karena program penyiapan kualitas SDM ini adalah program yang dilakukan secara bersama-sama.

Hal pertama adalah membuat program pengentasan stunting bersama Kementerian dan Pemerintah Daerah (Pemda). “Apabila kita ingin menyiapkan tenaga kerja kita tidak hanya untuk revolusi industri 4.0 tapi juga ingin mendapatkan tenaga kerja sehat, produktif, cerdas maka investasinya harus mulai usia dini bahkan pada saat saat usia remaja dengan diberikannya intervensi pemberian penambah darah untuk mencegah anemia, demikian juga pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan lengkap agar ibu dan bayi selamat. Di sinilah Pemerintah telah membuat program untuk melawan stunting bersama-sama antar Kementerian dan juga dengan Pemerintah Daerah.

Dari sisi sistem pendidikan, Pemerintah memberikan perhatian khusus bagi pendidikan usia dini mengingat pada masa tersebut merupakan usia emas bagi perkembangan otak manusia sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti pendidikan-pendidikan selanjutnya.

“Kalau kita bicara tentang sistem pendidikan, maka Indonesia telah membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi, 20% untuk pendidikan. Nilainya untuk tahun 2019 (sekitar) Rp495 triliun. Persoalan kita adalah bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang memiliki kapasitas,” jelasnya.

Selain itu juga menekankan masalah distribusi dan kualitas pengajar, proses belajar-mengajar melalui teknologi, serta isi dari pendidikan itu sendiri.

“Rasio jumlah guru terhadap murid sekitar di bawah 18 itu sudah comparable dengan negara-negara maju. Namun, distribusi guru dan kualitas guru menjadi tantangan. It’s all about quality. Sertifikasi guru perlu difokuskan. Kalau kita bicara tentang proses belajar-mengajar, teknologi menjadi penting (misalnya melalui konektivitas sampai daerah-daerah terpencil). Dari sisi content, (belajar dari Vietnam), Indonesia perlu membuat kurikulum yang lebih sederhana (berfokus pada membaca, matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) sehingga anak-anak bebannya lebih kurang tapi dia fokus pada apa-apa yang penting bagi mereka untuk bisa menghadapi dunia yang sangat cepat.

Lebih lanjut, untuk mendukung kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0, Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan secara spesifik dilakukan antara lain melalui beberapa kebijakan fiskal. Contohnya antara lain, alokasi dana pada program Program Keluarga Harapan (PKH), beasiswa Bidik Misi untuk memberikan kesempatan bagi anak usia sekolah terutama dari keluarga miskin, riset diberikan deduction (pengurangan pajak) dan perusahaan yang memberikan pelatihan SDM diberikan double deduction (pengurangan pajak ganda).

Selain itu, Pemerintah juga dapat memberikan insentif perpajakan seperti tax holiday dan tax allowance bagi sektor-sektor industri yang sangat dibutuhkan Indonesia, misalnya industri e-commerce dan digital.

terdapat juga permasalahan terhadap SDM salah satunya yaitu rendahnya kompetitiveness SDM Indonesia adalah adanya gap latar belakang pendidikan dan bidang tenaga kerja yang ditekuninya baik dari sisi struktural maupun horisontal. Misalnya, banyak SDM Indonesia tidak bekerja sesuai pada bidang pendidikannya.

“Dari data sekitar 600.000 atau 700.000 insinyur aktif yang dari Indonesia ternyata hanya 9.000 yang bekerja sesuai profesinya,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas.

Di Indonesia masih banyak terjadi ketidaksesuaian antara pendidikan, kesesuaian pendidikan dengan bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Indonesia.

Sedangkan di era disrupsi teknologi saat ini diperlukan SDM Indonesia yang memiliki kemampuan inovasi, kreatifitas dan kewirausahaan sebagai syarat untuk memenangkan persaingan ke depan. SDM yang efisien dan produktif hanya mampu untuk bertahan hidup.