Revolusi Industri 4.0 : Peluang Peningkatan Kualitas Hidup Manusia

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Jump to navigation Jump to search

La Ode Saiful Mukmin dan Warham A. Yusni

Revolusi industri ke-empat telah dimulai dan kita bisa menjadi bagian dari revolusi ini. Revolusi industri secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan yang besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang dan jasa. Sejumlah pakar menyebutkan perubahan radikal ini sudah terjadi tiga kali, dan saat ini dunia sedang mengalami revolusi industri yang keempat. Revolusi industri yang pertama ini penting sekali, mesin uap mampu menggerakkan berbagai mesin lainnya dengan efisien dibandingkan pada masa sebelumnya yang menggunakan tenaga manusia, hewan, tenaga angin dan sejenisnya. Selanjutnya revolusi industri kedua terjadi di awal abad ke-20 melalui penemuan tenaga listrik yang mengubah produksi barang saat itu. Penggunaan listrik di dunia industri mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi secara luar biasa dibandingkan penggunaan mesin uap. Penggunaan tenaga listrik diikuti dengan banyak penemuan brilian seperti ban berjalan di pabrik, bola lampu, radio, televisi, dan lainnya. Setelah penemuan listrik, revolusi industri ketiga mengalami perkembangan yang pesat dibidang teknologi digital dan komputer. Teknologi digital secara cepat menggantikan teknologi analog, dan komputer digunakan secara masif di berbagai aspek kehidupan. Berbagai mesin diciptakan dengan otak komputer sehingga bisa melakukan pekerjaan seperti manusia dengan ketelitian komputer yang telah didesain sedemikian rupa.

Kini kita berada di era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan luar biasa dibidang teknologi internet. Komputer yang kemampuannya terus berkembang menjadi lebih hebat karena tersambung ke sebuah jaringan besar yang bernama internet. Istilah yang sangat terkenal menandai revolusi industri 4.0 yaitu “internet of things”. Penggunaan telepon pintar yang terhubung ke internet dan menjadi peralatan yang sehari-hari digunakan masyarakat pun menjadi pemicu untuk menghasilkan layanan-layanan baru yang tidak dikenal oleh masyarakat sebelumnya.

Pada revolusi industri 4.0 ini, kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal dengan artificial intelligence dan mesin-mesin yang dapat belajar melalui pemograman juga berkembang sangat pesat. Banyak lapangan pekerjaan yang hilang karena perkembangan teknologi di era ini, namun juga banyak lapangan kerja baru yang bermunculan yang bisa menjadi sebuah profesi masa kini. Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”. Konsep penerapannya berpusat pada otomatisasi. Dibantu teknologi informasi dalam proses pengaplikasiannya, keterlibatan tenaga manusia dalam prosesnya dapat berkurang. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah. Dalam dunia industri, hal ini berdampak signifikan pada kualitas kerja dan biaya produksi. Namun sesungguhnya, tidak hanya industri, seluruh lapisan masyarakat juga bisa mendapatkan manfaat umum dari sistem ini.

Dalam Revolusi Industri 4.0, setidaknya ada lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam mengembangkan sebuah industri siap digital, yaitu :

1. Internet of Things (IoT)

IoT merupakan sistem yang menggunakan perangkat komputasi, mekanis, dan mesin digital dalam satu keterhubungan (interrelated connection) untuk menjalankan fungsinya melalui komunikasi data pada jaringan internet tanpa memerlukan interaksi antarmanusia atau interaksi manusia dan komputer. Sistem IoT mengintegrasikan empat komponen, yaitu: perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna. Contoh aplikasi IoT di Indonesia : Gowes (IoT untuk bike sharing), eFishery (IoT pemberi pakan ikan otomatis), Qlue (IoT untuk smart city), dan Hara (IoT untuk pangan dan pertanian).

2. Big Data

Big Data adalah istilah yang menggambarkan volume besar data, baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Namun bukan jumlah data yang penting, melainkan apa yang dilakukan organisasi terhadap data. Big Data dapat dianalisis untuk pengambilan keputusan maupun strategi bisnis yang lebih baik. Penyedia Layanan Big Data Indonesia, antara lain : a. Sonar Platform; b. Paques Platform; c. Warung Data; d. Dattabot.

3. Artificial Intelligence (AI)

AI merupakan sebuah teknologi komputer atau mesin yang memiliki kecerdasan layaknya manusia dan bisa diatur sesuai keinginan manusia. AI bekerja dengan mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi. Aplikasi chatbot dan pengenalan wajah (face recognition) merupakan salah satu contoh penerapan AI.

4. Cloud Computing Komputasi awan (cloud computing) adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi, dimana pengguna komputer diberikan hak akses (login) menggunakan cloud untuk dapat mengkonfigurasi peladen (server) melalui internet. Contohnya, hosting situs web berbentuk peladen virtual. Ada tiga jenis model layanan dari komputasi awan, yaitu : • Cloud Software as a Service (SaaS) layanan untuk menggunakan aplikasi yang telah disediakan oleh infrastruktur awan; • Cloud Platform as a Service (PaaS) layanan untuk menggunakan platform yang telah disediakan, sehingga pengembang hanya fokus pada pengembangan aplikasi; • Infrastructure as a Service (IaaS) layanan untuk menggunakan infrastruktur yang telah disediakan, dimana konsumen dapat memproses, menyimpanan, berjaringan, dan memakai sumber daya komputasi lain yang diperlukan oleh aplikasi. Produk-produk cloud computing di Indonesia :

a. K-Cloud;

b. CloudKilat;

c. Dewaweb;

d. IDCloudHost;

e. FreeCloud.

5. Addictive Manufacturing

Additive manufacturing merupakan terobosan baru di industri manufaktur dengan memanfaatkan mesin pencetak 3D atau sering dikenal dengan istilah 3D printing. Gambar desain digital yang telah dibuat diwujudkan menjadi benda nyata dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan desain sebenarnya atau dengan skala tertentu. Teknologi additive manufacturing mampu memproduksi lebih banyak desain dan memproduksi barang yang tidak bisa dibuat dengan teknologi manufaktur tradisional. Pada tahap revolusi industri ke-empat ini juga menyebabkan banyak layanan jasa maupun produk tidak diminati lagi oleh masyarakat yang merupakan peninggalan inovasi revolusi industri sebelumnya. Layanan yang serba cepat, sederhana dan terkoneksi secara global menjadi kebutuhan yang tidak dapat lagi dipisahkan pada masyarakat di masa sekarang. Ini menuntut kebutuhan Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing secara kompetitif di dunia global.

Seperti pada Revolusi industri sebelumnya, penerapan revolusi industri 4.0 ini yang oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia sering menyingkatnya dengan istilah 4IR (Fourth Industrial Revolution) juga memunculkan berbagai peluang baru dalam berbagai bidang dan industri seperti tekstil, otomotif, elektronik, kimia, hingga makanan dan minuman. Revolusi industri 4.0 ini juga memunculkan berbagai layanan digital berbasis internet yang semakin memudahkan kehidupan dan penghidupan masyarakat baik dalam bersosialisasi maupun untuk kepentingan proses bisnis. peluang bisnis di era digital seperti sekarang memiliki daya jangkau teknologi informasi tidak hanya berskala lokal tetapi hingga skala global. Melalui internet, akses informasi dapat dijangkau hingga ke berbagai penjuru dunia. Peluang lain diantaranya adalah saat setiap orang memiliki akses yang tinggi untuk terlibat aktif untuk memberikan dan membagikan opini kepada pihak lain melalui media sosial online. Situasi ini membuka peluang bagi masyarakat untuk membentuk opini positif tentang berbagai hal kepada pihak lain. Seperti diantarnya adalah teknologi media sosial dapat dimanfaatkan untuk membentuk komunitas atau grup keluarga di dunia virtual, walaupun secara geografis berjauhan tetapi didekatkan dengan media sosial. Peluang industri ini juga sekaligus memunculkan beberapa profesi prospektif. Beberapa di antaranya adalah Data Scientist, Koordinator robot, Arsitek jasa IoT / IT, Programmer / insinyur komputer, UI/UX designer yang bertugas membuat tampilan atau antarmuka (interface) untuk produk digital seperti website, ahli keamanan siber (cyber security), ahli pemasaran digital (digital marketing) dan berbagai profesi yang mungkin saat ini belum bisa kita duga.

Selain menyediakan peluang revolusi industri 4.0 ini juga memunculkan berbagai tantangan bagi generasi saat ini dan generasi mendatang. Melimpahnya informasi tentunya tidak hanya membawa pengetahuan positif saja, tetapi juga negatif. Kemampuan seseorang untuk mengolah pengetahuan (knowledge) menjadi kearifan (wisdom) dalam lingkungan sosialnya akan menentukan tingkat ketahanannya di era informasi. Dengan demikian, tindakan share and resharing informasi telah didasari oleh nilai-nilai etis sehingga tidak akan menciptakan eskalasi kegaduhan publik. Sebagai contoh, derasnya informasi berita bohong(hoax) dengan berbagai tujuan tidak akan meningkatkan kegaduhan jika penerima informasi telah memiliki kesadaran etis dalam menyaring informasi hoax. Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) dalam Kompas.com, Selasa (24/4/2018), menyatakan bahwa akan ada jenis pekerjaan yang hilang seiring berkembangnya revolusi industri 4.0. Direktur Jenderal (Dirjen) Pembinaan, Pelatihan, dan Produktivitas Kemnaker Bambang Satrio Lelono menyampaikan, sebanyak 57 persen pekerjaan yang ada saat ini akan tergerus oleh robot. Namun, masih menurut artikel tersebut, di balik hilangnya beberapa pekerjaan akan muncul juga beberapa pekerjaan baru. Bahkan, jumlahnya diprediksi sebanyak 65.000 pekerjaan. Diestimasi bahwa di masa depan, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di saat ini (U.S. Department of Labor Report).

Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0, seorang pekerja harus memiliki kemampuan yang tidak akan bisa dilakukan oleh mesin. Misalnya, kemampuan untuk memecahkan masalah atau kreativitas. Soft skill adalah kuncinya. Untuk dapat menghadapi perubahan pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan para pekerja yang memiliki soft skill seperti diantaranya pemecahan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif. Hal tersebut memiliki artian, soft skill menjadi salah satu faktor paling penting untuk dimiliki para pekerja di masa depan, seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, serta aspek kecerdasan emosional lainnya. Pada umumnya, industri menekankan kebutuhan akan karyawan yang bisa terus belajar, cepat beradaptasi dan melek teknologi. Maka dari pada hal tersebut, sistem pendidikan juga menekankan pengembangan soft skill, selain keterampilan teknis, generasi milenial ke depan bisa lebih mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan dan memiliki bekal mumpuni untuk menghadapi masa depan dan pengembangan karirnya di tengah geliat revolusi industri 4.0. Mukmin (talk) 16:01, 18 March 2023 (WIB)