Profil Smart ASN di Era 4.0

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Jump to navigation Jump to search

Nurahmad-Irfan (Mahasiswa S2 Politeknik STIA LAN Makassar)


Akhirnya tibalah kita pada masa Revolusi Industri 4.0, era di mana dibutuhkan revolusi diberbagai sektor termasuk dalam hal Sumber Daya Manusia. Smart ASN adalah istilah generasi ASN yang siap menyambut revolusi industri 4.0. Smart ASN memiliki profil yang disiapkan untuk menghadapi era disrupsi dan tantangan dunia yang semakin kompleks. Profil Smart ASN meliputi integritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, berjiwa hospitality, berjiwa entrepreneurship, dan memiliki jaringan luas. Deputi bidang SDM Aparatur Kemenpan RB menyatakan bahwa di tahun 2024 dibutuhkan anak-anak dengan profil ini. Harapannya di tahun 2024 didapatkan digital talent dan digital leader.[1]

Hal yang senada juga pernah disampaikan Kepala Puslatbang PKASN Dr. Hari Nugraha, SE., MPM pada Upacara Pembukaan Latsar CPNS Golongan III Angkatan IV Puslatbang PKASN Tahun 2021. Tantangan birokrasi ke depan semakin kompleks dan luar biasa terlebih di masa pandemi seperti ini oleh karena itu dibutuhkan pula sosok ASN yang berperan sebagai motor penggerak pelayanan. Pembinaan bagi CPNS melalui jalur pelatihan dasar yang mengarah kepada upaya pembentukan pribadi-pribadi yang berkualitas, mempunyai perilaku kerja yang baik, berdedikasi tinggi, serta memahami dan menghadirkan nilai-nilai yang berpedoman pada independensi, integritas, dan profesionalisme dalam kehidupan sehari-hari. [2]

Pemerintah telah gencar memperbaiki kinerja ASN secara digital, sejak tahap rekrutmen untuk mendapatkan orang-orang terpilih atau Smart ASN yang akan menggerakkan sistem pemerintahan di Indonesia. Smart ASN yang menguasai teknologi dapat mendukung sistem pemerintahan ke birokrasi 4.0, yang tentu beriringan dengan revolusi industri 4.0. Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa revolusi industri 4.0 adalah fase terkini yang harus dihadapi oleh semua pihak, tidak terkecuali bagi pemerintahan Indonesia. Para aparatur dipaksa untuk beradaptasi terhadap transformasi teknologi agar fungsi pelayanan publik bisa lebih efisien, tepat dan cepat. Oleh karena itu, digitalisasi menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Smart ASN menjadi sebuah keniscayaan dalam menghadapi perubahan revolusi industri 4.0. Namun, keniscayaan tersebut bisa terjebak dalam alam pikir esensialis, yakni makna urgensi Smart ASN yang hadir tanpa landasan kondisi objektif tertentu. Hal ini secara epistemologis cukup problematis karena berarti optimisme yang coba dibangun pemerintah belum memiliki kajian yang mendalam.[3]

Reformasi birokrasi merupakan the artificial inducement of administrative transformation against resistance, yang dapat dimaknai bahwa reformasi administrasi adalah keinginan atau dorongan yang dibuat agar terjadi perubahan atau transformasi di bidang administrasi. Reformasi administrasi juga merupakan upaya untuk menyempurnakan atau meningkatkan kinerja (Caiden, 2007:73). Riset Hur et al. (2019:691) yang dijelaskan sebelumnya menunjukkan resistensi dari aparatur terhadap perubahan justru menciptakan kelembaman (inersia) birokrasi. Hal ini tentu yang perlu diwaspadai dalam proses reformasi birokrasi di Indonesia. Namun, di tengah pandemi Covid-19 ini, upaya perubahan model kerja menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Ketika beberapa pihak ada merasa para aparatur tidak siap untuk menerapkan kerja dari rumah (Work From Home) karena dinilai belum siap, tetapi meski dimulai dengan terpaksa dan mengalami banyak kendala, pengalaman kerja dari rumah bagi ASN selama pandemi Covid-19 ini membuktikan bahwa praktik WFH bisa dilaksanakan. Pengalaman ini bisa dijadikan pembelajaran bagi para aparatur dan pemimpin birokrasi di Indonesia untuk menyiapkan transisi kerja konvensional ke kerja digital sebagai bagian dari reformasi birokrasi (Faedlulloh, 2020, diakses 24 April 2020).[3]

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam mengembangkan sebuah industri siap digital, yaitu: Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Cloud Computing dan Additive Manufacturing. Oleh karena itu maka ASN harus dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang mengadopsi teknologi tersebut. Untuk generasi milenial yang berhasil lolos seleksi CASN tentu sejak test sudah familiar dengan teknologi CBT yang juga merupakan bentuk produk revolusi industri 4.0. Sosok ASN yang Smart, sangat dibutuhkan. Bukan soal akademis saja, karena kita ketahui bahwa untuk menjadi seorang ASN, tentu telah mengalami saringan yang ketat. Seperti harus mengikuti tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dan tes Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) yang dilaksanakan dengan basis komputer (Computer Assisted Test).

References:

[1] https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/menciptakan-smart-asn-menuju-birokrasi-4-0

[2] https://lan.go.id/?p=6405

[3] Faedluloh,Dodi.2020. Birokrasi dan revolusi industri 4.0: mencegah Smart ASN menjadi mitos dalam agenda reformasi birokrasi Indonesia.Samarinda:Jurnal Borneo Administrator,Vol.6 No.3,313-336,Desember 2020