Pernak-Pernik Perjalanan ke Jepang: Hari Kelima

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Jump to navigation Jump to search

Catatan hari ini akan saya isi dengan beberapa perilaku yang konsisten diperagakan oleh masyarakat Jepang di berbagai tempat dan aktivitas. Membungkuk sebagai bentuk penghormatan sudah lumrah diketahui. Olehnya itu saya ingin fokus ke beberapa perilaku yang mungkin belum diketahui atau belum disadari tetapi dapat dirasakan ketika berinteraksi dengan mereka.

Naik Eskalator Menyisakan Ruang di Baris Kanan Di mall, di stasiun subway, di kantor-kantor atau dimanapun ketikan mereka naik eskalator, mereka hanya menggunakan satu baris dan merapat ke sisi kiri eskalator. Dengan demikian, ketika ada orang lain yang terburu-buru dapat leluasa menggunakan sisi kanan yang kosong. Ini adalah refleksi dari mental saling menghargai yang patut kita contoh.

Kasir Menyerahkan kantong Belanjaan dengan dua tangan Perilaku lain yang saya amati adalah para kasir ketika menyerahkan kantong barang belanjaan maka dilakukan dengan menyerahkan jinjingannya menggunakan dua tangan sambil mengucapkan terima kasih dan tersenyum. Jika hal ini hanya terjadi sekali atau dua kali maka tentu akan luput dari perhatian saya. Tetapi sudah menjadi bagian dari budaya sopan santun dalam pelayanan mereka.

Seatbelt di bus harus dikenakan oleh sopir dan semua penumpang Ketika naik bus di Jepang maka semua penumpang wajib pakai seatbelt. Hal ini sangat kontrast dengan kebiasaan kita di Indonesia, dimana sopir maupun penumpang tidak peduli dengan alat keselamatan ini. Sopir biasanya buru-buru pasang seatbelt ketika melihat di depan ada polisi. Makino san, Koordinator pelatihan JICE yang sekaligus menjadi tour guide ketika kita dalam perjalanan setiap kali harus mengingatkan kami untuk mengenakan seatbelt. Bukti bahwa budaya keselamatan berlalu lintas yang satu ini belum terbentuk. Sebagai ilustrasi pula, dalam suatu perjalanan darat untuk mengikuti upacara ulang tahun sebuah kabupaten, sopir saya meminta izin untuk tidak menggunakan seatbelt. Meskipun saya tetap meminta dia mengenakannya, tetapi saya tanyakan pula alasannya mau membuka seatbelt. Jawabnya, “mengganggu pak”.

Namun yang mengherankan di krete api Shinkansen yang kecepatannya mencapai 300 kilometer per jam, tidak disediakan seatbelt. Jawabannya bisa saya reka. Kereta api modern ini sangat lembut jalannya dan nyaris tidak ada sentakan atau getaran, sehingga seatbelt tidak diperlukan. Yang juga mengherankan adalah diperbolehkannya kita mengkonsumsi makanan kecil selama perjaanan dalam bus. Di negara lain, singapura dan philippines yang saya ketahui, hal tersebut tidak diperbolehkan.

Masih ada beberapa perilaku lain yang patut di contoh, tetapi akan disampaikan di hari keenam. Beberapa contoh perilaku masyarakat jepang di atas jika diamalkan oleh kita maka sesungguhnya kita sudah melakukan revolusi mental.

Muhammad Firdaus (talk) 22:29, 22 January 2021 (WIB)