Generasi kolonial menuju generasi millenial
Oleh Indrayani
Revolusi industry 4.0 adalah era dimana teknologi semakin berkembang. Seperti yang dikutip dari halaman sampoerna university bahwa revolusi industry 4.0 adalah upaya yang memungkinkan pelaku industry membiarkan computer saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain. Dan akhirnya membuat keputusan tanpa melibatkan keterlibatan manusia. Kombinasi antara fisik cyber , internet of things (IoT) dan internet of system. Oleh karenanya revolusi industry 4.0 adalah sebuah tantangan untuk SDM generasi colonial menuju generasi milenial. Dimana generasi colonial adalah generasi yang belum menyentuh teknologi dan generasi milenial adalah generasi dimana teknologi semakin canggih. Di Instansi pemerintah tentunya generasi colonial masih ada yang tersisa ini, yang dimana teknologi adalah sebuah kebiasaan yang belum pernah dirasakan oleh generasi colonial oleh sebab itu mereka harus dipaksa untuk belajar teknologi karena mau tidak mau teknologi akan dipakai untuk meningkatkan kinerja dan kompetensi ASN. Seperti contoh misalnya sistem penilaian kinerja PNS sekarang sudah bukan memnggunakan kertas lagi tetapi menggunakan aplikasi kinerja .ujian kompetensi ASN juga sudah menggunakan media zoom dan menggunakan aplikasi CBT (Computer Based Test). Yang dulunya untuk ujian kompetensi memakai kertas sekarang sudah menggunakan aplikasi. Sebagai contoh dulunya seorang pegawai jika mengikuti ujian dinas maka pegawai tersebut ke kantor pusat dulu untuk mengikuti ujian dinas namun sekarang sudah menggunakan aplikasi zoom diawasi dari pegawai pusat dan menggunakan aplikasi CBT. Ini adalah perkembangan teknologi yang luar biasa, menghemat biaya dan menghemat waktu. Dalam meningkatkan SDM di era revolusi industry 4.0 dmulai dari Pendidikan, pelatihan SDM, modal dasar yang harus dimiliki adalah , keterampilan,kreatifitas dan budaya teknologi. Peningkatan SDM di era digitalisisai perlu disikapi dengan cara yang matang dan bijaksana karena pentingnya menyiapkan bakat dan keterampilan.SDM. Menghadapi Revolusi Industri 4.0 sedikitmya ada tiga hal yang perlu diperhartikan, yang pertama adalah upaya menghasilkan SDM yang berkualitas, agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang berbasis teknologi digital, yang kedua adalah kuantitas , yaitu menghasilkan jumlah SDM kompeten dan sesuai kebutuhan industry, dan ketiga adalah masalah distribusi SDM yang masih belum merata. Menurut aoun (2017) untuk mendapatkan SDM yang berkompetitif dalam era 4.0 , kurikulum Pendidikan harus dirancang agar outputnya mampu menguasai literasibaru yaitu literasi data yang mampu membaca data , menganalisa dan memanfaatkan informasi big data dalam dunia digital. Kemudian literasi teknologi yaitu kemampuan memahami kerja mesin , aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, dan engenering principles, dan literasi manusia humanities, komunikasi dan desain. Oleh karenanya peningkatan kompetensi dan produktivitas SDM perlu dilakukan pemerintah melalui pelatihan dan pengembangan kompetensi SDM. Untuk generasi penerus yang lebih maju dan lebih memahami teknologi. Bukan hanya peningkatan teknologi yang harus ditingkatkan karena kebanyakan generasi milenial atitudenya masih sangat kurang terutama Ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua atau lebih senior.oleh karena itu peningkatan teknologi harus bersamaan dengan pembelajaran etika dan moral. Agar generasi bangsa Indonesia bukan hanya mengetahui teknologi tetapi ahlak dan perilaku juga baik. Revolusi Industri 4.0 bukan hanya mengahdirkan peluang namun juga menghadirkan tantangan . beberapa teknologi akan menggantikan pekerjaan manusia , adanya kompetisi antara mesin dan manusia dan tuntutan kompetensi SDM yang semakin tinggi. Namun, hal yang menjadi modal dasar Sumber Daya Manusia adalah Kepemimpinan (Leadership) kemampuan menjalankan pekerjaan bersama kelompok (teamwork), keterampilan dan kedewasaan dalam budaya (cultural agility) dan menyadari bahwa setiap pekerjaan berasal dari budaya yang beraneka ragam , kemampuan kewirausahaan (enterprenuership) termasuk juga socioprenuership. Banyaknya pelatihan yang dilakukan pemerintah guna menghasilkan SDM yang unggul adalah adanya pelatihan kemampuan (Skill Training), Pelatihan Ulang SDM (Retraining) dimana SDM di persiapkan untuk SDM yang dituntut untuk pekerjaan yang berunah-ubah, (Cross Fungtional Training) atau pelatihan lintas fungsional adalah pelatihan yang melibatkan SDM atau karyawan atau aktivitas kerja dalam bidang lain selain pekerjaan yang ditugaskan. Adapun pelatihan tim (Tim Training) , pelatihan tim dilakukan dengan bekerjasama yang terdiri dari sekelompok individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tercapainya tujuan bersama dalam sebuah tim kerja. Adapun pelatihan bahasa (Training Language) , pelatihan bahasa bagi SDM menjadi penting karena beberapa perusahaan lokal saat ini sudah terhubung dengan perusahaan asing. Adapun pelatihan kreatifitas SDM (Creativity Training), pelatihan ini adalah pelatihan SDM denggan memberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin berdasarkan pada nilai rasional. Perusahaan swasta dan instansi pemerintah sudah menyiapkan beberapa pelatihan untuk SDM yang lebih maju. Dan yang lebih penting adalah Pendidikan di Indonesia sudah mulai mengarahkan kepada kemampuan peserta didik jadi peserta didik tidak harus menguasai semua bidang ilmu akan tetapi mendalami bidang ilmu yang menjadi kemampuannya itulah dinamakan kurikulum merdeka belajar. Dalam era digital berbagai macam usaha pemerintah untuk menyiapkan SDM yang unggul dan maju. Menyongsong era revolusi industry 4.0 Aparatur Sipil Negra (ASN) memerlukan spesialis keahlian dan melek teknologi oleh karenanya penerimaan tes ASN baik itu CPNS maupun Tes PPPK menggunakan sistem CAT dengan hasil yang realtime. Selain itu Adapun live scoring yang ditampilkan di laman Youtube Badan Kepegawaian Neegara (BKN), Kantor Regional BKN , dan Unit Penyelenggara Teknis BKN. Kemudian Adapun Diklat yang dilakukan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang terus dikembangkan sepertii diklat dan pelatihan dimana adanya transformasi diklat konvensional menjadi diklat berbasiis Human Capital Management dengan mengembangkan ASN Cooperate University. Pembelajaran ini merupakan upaya terobosan untuk memfungsikan seluruh instansi pemerintah sebagai Lembaga pembelajaran yang bertujuan meningkatkan porsi pengalaman di lapangan terhadap pembelajaran di kelas. Hal tersebut dilakukan dengan metodee e-learning, coaching, mentoring, dan On The Job Training (OJT). Penilaian kinerja juga dilakukan dengan sistem aplikasi yang penilaiannya di lakukan dengan cara menilai hasil pekerjaan pegawai setiap bulannya sebagai dasar opemberian tunjangan dan penghargaan terhadap pegawai tersebut. Kemudian memperbaiki sistem rotasi , promosi dan karir yang harus bebasiskan sistem merit dengan memperlihatkan kebutuhan nasional berdasarkan talent pool.