Urgensi Pengembangan Sumber Daya Manusia Merespons Revolusi Industri 4.0.

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Revision as of 16:47, 1 March 2023 by Nurahmad (talk | contribs) (Perubahan di penulis)
Jump to navigation Jump to search
Ditulis oleh Nurahmad & Irfan Tahir (Mahasiswa Politeknik STIA LAN Makassar)
    Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi bagi masyarakat khususnya generasi milenial. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pemicu revolusi industri juga diikuti dengan implikasi lain seperti pengangguran, kempetisi manusia vs mesin, dan tuntutan kompetensi yang semakin tinggi. Untuk menjawab tantangan tersebut, hal yang paling harus diperhatikan adalah Sumber Daya Manusia. Penulis menaruh perhatian ke Sumber Daya Manusia karena dampak dari revolusi industri 4.0 akan menuntut sumber daya manusia yang memiliki  keterampilan atau skill yang tinggi. Sehingga apabila Sumber Daya Manusia ini diabaikan maka bukan tidak mungkin banyak masyarakat yang memiliki keterampilan atau skill rendah akan kehilangan pekerjaan atau sulit mendapatkan pekerjaan. Tentunya selain berdampak kepada individu, revolusi industri ini bahkan dapat berdampak ke entitas yang lebih besar skalanya. Revolusi industri bahkan dapat berdampak pula pada berubahnya gaya hidup dan kebiasaan komunitas. Bagi perusahaan yang tidak dapat merespons dampak perubahan tersebut, dengan sendirinya akan terlibas. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia di dalam organisasi/perusahaan perlu merancang suatu program yang dapat menyelaraskan antara keperluan pencapaian tujuan organisasi/bisnis dengan keberadaan sumber daya manusianya.
    Bukan saja di Indonesia, bahkan di dunia telah banyak jenis pekerjaan yang telah terhapus sebagai dampak revolusi industri 4.0 ini. Tentunya dengan semakin berkembangnya teknologi akibat berlakunya revolusi industri 4.0, ke depan akan terus bertambah jenis pekerjaan yang harus ditinggalkan karena sudah tidak produktif. Sederhananya pekerjaan yang selama ini diperankan oleh manusia setahap demi setahap telah dapat digantikan oleh penggunaan teknologi bawaan revolusi industri 4.0 ini. Dampaknya, proses produksi menjadi lebih cepat dan dapat dikerjakan lebih mudah, proses pendistribusian dimungkinkan secara masif dengan keterlibatan manusia yang minim. Di negara kita misalnya, dengan berkembangnya sistem online, perbankan telah memudahkan proses transaksi layanan perbankan. Akibatnya, talah banyak teller bank harus menghadapi pemutusan hubungan kerja karena alasan efisiensi. Saat ini telah banyak nasabah, bahkan tidak menutup kemungkinan pembaca artikel ini juga telah menggunakan mobile banking atau dompet digital. Adanya kemudahan transaksi melalui mobile banking atau dompet digital tersebut, mengakibatkan berkurangnya volume transaksi yang ada di teller begitupun di costumer service. Sehingga untuk efisiensi jumlah teller dan costumer service juga sudah dapat dikurangi oleh pihak perbankan.
    Nah tentunya dampak revolusi industri 4.0 ini tidak hanya terasa pada Pekerja Swasta dan BUMN, bahkan di instansi pemerintahpun akan terasa dampaknya. Sebagai contoh pegawai yang selama ini banyak berurusan dengan surat-surat atau dokumen fisik pasti merasakan saat ini pekerjaannya jauh lebih ringan. Hal ini disebabkan hampir seluruh instansi pemerintah telah menerapkan sistem persuratan dan kearsipan secara elektronik, di mana surat dan arsip sekarang ini mulai dari saat dibuat, ditandatangani, diteruskan bahkan diarsipkan semua telah menggunakan aplikasi berbasis elektronik yang terkoneksi dengan jaringan internet. Tentunya, bagi instansi pemerintah, ke depan dalam penerimaan Calon Aparatur Sipil Negara dalam posisi jabatan seperti ini akan lebih memprioritas pegawai yang dapat mengoperasikan sistem informasi persuratan dan arsip elektronik atau digital atau yang adaptif dengan revolusi industri 4.0.
    Jadi bidang pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian Komputer, Matematika, Arsitektur dan Teknik akan semakin banyak dibutuhkan. Bidang-bidang keahlian ini diproyeksikan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mengandalkan teknologi digital. Situasi pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan yang perlu direspon oleh pemerintah, industri, ataupun masyarakat. Tantangan ini perlu dijawab dengan peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia terutama penguasaan teknologi komputer, keterampilan komunikasi, kemampuan bekerjasama secara kolaboratif, dan kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
    Harus disadari bahwa inovasi dan kemajuan di mana-mana dipimpin oleh kemunculan kuat bidang seperti Kecerdasan Buatan, Robotika, halaman internet, kendaraan robot, bioteknologi, nanoteeknologi, pencetakan 3-D, ilmu material, komputasi quantum, dan penyimpangan energi. Dampak dari terobosan tersebut begitu pesat. Karena itu dibutuhkan antisipasi sedini mungkin seperti lebih awal dengan pendidikan atau skill 4.0 sebuah Langkah kecil untuk memenuhi tujuan tersebut. Pendidikan atau sharing informasi tidak terbatas pada kelas. Pendidikan 4.0 berkembang pada premis dasar. Ruang kelas online telah memfasilitasi pembelajaran dengan lebih baik banyak cara daripada yang pernah kita bayangkan. Pendidikan sekarang dipandang lebih sebagai proses seumur hidup daripada ritual yang berorientasi pada kelas atau dalam hal ini hanya sekedar batu loncatan ke dunia professional. Peserta didik dan pendidik ataupun masyarakat umum sekarang akan mencari cara untuk mendefinisikan Kembali cara-cara di mana pembelajaran selalu mempengaruhi kehidupan mereka. Pendidikan 4.0 tentang bagaimana pemerintah atau institusi pendidikan menyiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia untuk memasuki babak baru dunia yang berubah begitu cepat.
  Persoalan Sumber Daya Manusia dengan penerapan Revolusi Industri 4.0 ini harus dipikirkan serius oleh pemerintah karena ini tidak hanya berdampak pada para Aparatur Sipil Negara bahkan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Tentunya didunia pendidikan juga dibutuhkan perubahan dalam proses akademik. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekedar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan peserta didiknya menghadapi tiga hal: a) menyiapkan peserta didik untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada; b) menyiapkan peserta didik untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahanya saat ini belum muncul, dan c) menyiapkan peserta didik untuk bisa menggunakan teknologinya yang belum ditemukan. Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah tentunya bagi pendidik dan pemerintah. Untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi pengajar yang berkualitas. Pasalnya, di era revolusi industri 4.0 profesi pengajar harus semakin kompetitif. Semoga program pemerintah seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka dapat di rumuskan dengan baik sehingga kapasitas Sumber Daya Manusia yang dihasilkan dari proses belajar dapat sesuai dengan hasil yang diharapkan.