Tantangan ASN Milenial Untuk Indonesia Emas 2045

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Revision as of 18:16, 27 September 2021 by 125.167.116.148 (talk) (Lanjutan tugas)
Jump to navigation Jump to search

The World Economic Forum tahun 2015 memprediksi Indonesia akan menempati urutan ke-8 ekonomi dunia di tahun 2020. Pernyataan ini didukung oleh Standard Chartered Bank yang memprediksi hal yang sama, sementara Goldman Sachs memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia setelah China, Amerika Serikat, India, Brazil, Meksiko, dan Rusia. Prediksi ini tidak main-main. Salah satu pendukung kekuatan ekonomi adalah geliat e-commerce yang diyakini menjadi kekuatan ekonomi masa depan. Pada tahun 2015 pengguna internet di Indonesia telah mencapai 47,9% dari populasi atau sebanyak 93,4 juta orang dan diprediksi mengalami peningkatan hingga 140 juta pengguna di tahun 2020. Sedangkan berdasarkan data 2017 dari katadata.co.id diperkirakan pengguna ponsel telah mencapai 142% dari total populasi sebanyak 262 juta orang, dengan asumsi satu orang menggunakan dua hingga tiga kartu telpon seluler.

Jumlah para milenial atau angkatan yang lahir antara tahun 1981-2000 menurut Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2017 berjumlah 88 juta jiwa atau 33,75 persen dari jumlah penduduk Indonesia, seperti dikutip dalam buku Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial terbitan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik 2018. Jumlah ini diperkirakan akan terus naik. ASN milenial memiliki keunikan dibandingkan generasi sebelumnya, misalnya soal kepiawaian dalam teknologi. Jika Generasi X (lahir 1961-1980) adalah generasi yang sangat menikmati televisi dan gempita media, maka generasi milenial ini lebih tertarik dengan digital marketing dan juga tayangan termasuk iklan yang berbasis video atau internet. ASN milenial umumnya tech savvy. Secara umum mereka adalah generasi yang tidak mengalami kondisi sulit, namun mereka peka dengan perubahan teknologi atau gadget.. Hal ini membuatnya berbeda dengan Generasi X dan Baby Boomers yang melewati jaman perang. ASN milenial sangat terpapar dengan teknologi, bahkan juga mengalami berbagai revolusi dalam teknologi, mulai dengan adanya komputer, informasi, dan kemudian internet.

ASN milenial memiliki attention span (rentang perhatian) yang lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya yang kita ketahui selama ini. Tentunya dalam hal ini membuat gaya komunikasi dan cara hidup mereka berbeda, oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika mereka juga berharap perkembangan diri yang lebih cepat, mereka ingin berganti posisi dan karir yang lebih cepat juga, dibandingkan generasi terdahulu. Hal senada dikemukakan dalam laporan yang dirilis Gallup di tahun 2016 berjudul: How Millenials Want to Work and Live, bahwa terdapat empat karakteristik utama ASN milenial, yaitu: 1) mereka tak punya keterikatan baik dalam pekerjaan maupun pada merek barang yang mereka beli; 2) para milenial saling terhubung berkat koneksi internet sehingga mereka memiliki perspektif global yang tergambar dalam interaksi mereka sehari-hari; 3) mereka ingin bebas dari aturan tempat kerja dan standar kinerja manajemen perusahaan; dan 4) mereka percaya kehidupan pekerjaan harus bermakna serta mereka menghargai adanya pengakuan.


ASN milenial kerap melontarkan ide atau gagasan segar yang dapat mendukung peningkatan kinerja di organisasi yang terkesan berbeda dengan seniornya karna berbeda era. Namun kemudian oleh generasi terdahulu sulit untuk memahami isu yang disampaikan oleh milenial, terkadang karena kurangnya dialog atau komunikasi. Tantangan dan tuntutan sebagai ASN milenial tentu tidak mudah. Ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh ASN milenial untuk menumbuhkan optimisme dalam menghadapi tantangan sebagai ASN berkelas dunia, yaitu exit from comfort zone, constant learning, dan beyond the call of duty. Selain itu ASN milenial juga diharapkan mampu menguasai 10 keahlian khusus yang terkait dengan era digitalisasi yakni complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligent, judgement and decision making, service orientation, negotiation, and cognitive flexibility.