Pernak-pernik Perjalanan ke Jepang: Hari Pertama
ahun ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan Policy Implementation and Evaluation di Jepang (21-28 Oktober 2017) yang diselenggarakan oleh Japan International Cooperation Center (JICE).
Rombongan tiba di Bandara Internasional Haneda Tokyo setelah penerbangan 7 jam 20 menit. Penerbangan ini lebih lama dari biasanya karena pilot harus mengambio jalur memutar untuk menghindari Taiphoon. Berbeda dengan Bandara Changi Singapore yang proses pelayanan imigrasi, bagasi dan karantina supercepat, pengalaman saya kali ini justru proses pelayanan di Haneda lumayan lamban. Terlepas dari itu proses disembarkasi berlangsung tertib dan aman.
Oleh Penyelenggara pelatihan dari JICE yang menjemput segera membawa kami makan siang dan tour ke beberapa tempat. Tempat makan siang tergolong istimewa di atas Replika Kapal Shogun yang bernama Atakemaru. Kapal aselinya berjaya di perairan Jepang sekitar 370 tahun silam baik sebagai kapal penumpang maupun untuk tujuan militer.
Kini replikanya dijadikan restoran terapung bagi yang ingin mencicipi masakan otentik jepang dan masa lalu Atakemaru. Kapal ini sangat bersih dan mesinnya nyaris tidak menimbulkan getaran. Sebenarnya di Indonesia ada banyak peluang untuk menciptakan wisata memorial seperti ini apalagi kita dikenal sebagai bangsa pelaut dan dapat menciptakan kapal Phinisi yang mampu mengarungi 5 benua.
Objek kunjungan selanjutnya adalah Tokyo Skytree, yakni menara dengan yang menjulang setinggi 634 meter ke angkasa. Menara ini dipergunakan untuk broadcasting, restaurant, dan observation. Sayangnya cuaca Tokyo hujan sehingga dari lantai observasi Skytree hanya bisa memandang kota Tokyo samar-samar dibalik kabut di bawah sana.
Namun justru ada pembelajaran yang dapat diambil disini. Ketika selesai tur dan menuju ke parkiran bus, pengunjung dibagikan souvenir kecil sebagai pernyataan maaf pengelola skytree karena pengunjung tidak bisa menikmati pemandangan secara maksimal akibat hujan. Luar biasa, mereka minta maaf atas kondisi alam yang diluar kendali mereka, sementara di negara kita kondisi alam sering dijadikan kambing hitam atas ketidakmampuan melayani.
Sekiar jam 6 sore baru bisa check in di hotel. Seperti lazimnya di Jepang, kamar hotel rata-rata kecil. Namun demikian kebersihannya luar biasa. Kamar mandinya seperti baru saja selesai dibuat sore harinya. Tidak ada bercak noda biar sedikitpun.
Besok sesi pelatihan dimulai, semoga lebih banyak lagi pembelajaran yang bisa dipetik.