Refleksi Pelatihan Executive Development Program

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Jump to navigation Jump to search

Pengantar

EDP.jpg

Executive Development Program merupakan program khusus untuk Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di Indonesia. Program ini terlaksana atas kerja sama antara Temasek Foundation International dengan Bappenas yang diselenggarakan oleh Nanyang Technological University Singapore.  Program pelatihan ini bertujuan untuk diseminasi pengetahuan, Informasi dan wawasan yang dapat dijadikan solusi baru yang sesuai dengan kondisi lndonesia.

Program berlangsung dalam dua tahapan: Daring (24 Mei – 1 Juni 2021) dan Luring di Nanyang Technological University Singapore (jadwal tentatif, tergantung kondisi Covid-19 di Singapura).

Paparan di bawah ini bukan ringkasan materi tetapi merupakan refleksi saya sebagai peserta terhadap point-point pembelajaran yang penting dari berbagai maeri yang disajikan.

Talent, bukan Sumber Daya Manusia Biasa

Singapura tidak lagi berbicara mengenai sumber daya manusia, tetapi talent yang dalam istilah ini tersirat makna kualitas yang melekat pada sumber daya manusia itu.

  • Tantangan yang dialami singapura dalah jumlah penduduk yang kecil dan menua. Kesadaran ini telah ada sejak era founding father mereka Lee Kwan Yew dan diteruskan secara konsisten oleh pemimpin setelahnya hingga kini. Untuk itu, agar bisa kompetitif secara global Singapura harus menjadi pemain inti dalam talent war untuk menarik talent global memperkuat talet lokal yang terbatas.
  • Agar tidak timbul kecemburuan talent local, maka mereka dijadikan core talent yang dilengkapi dan diperkuat oleh talent internasional. Untuk itu Pemerintah Singapura menyediakan banyak beasiswa bagi masyarakatnya agar mampu bersaing dengan talent global. Diaspora singapura yang sukses di luar negeri juga dipancing untuk kembali mendukung pembangunan dan global kompetitiveness Singapura.
  • Benang merah kebijakan dan pendekatan pemerintah Singapura adalah:

o   Fokus pada core talent dalam negeri

o   Buka kesempatan untuk global talent

o   Bangun kebijakan sistemik dan implementasinya secara efektif

o   Penyesuaian secara agile dan fleksibel menurut pekembangan ekonomi Singapura dan respon masyarakatnya

Menanggulangi sambil Belajar dari Pandemi Covid-19: Mengubah krisis menjadi peluang

Penanggulangan Krisis

  • Dalam penanggulangan pandemi Covid-19 Singapura dari awal menggunakan pendekatan mikro. Sebagai contoh intervensi yang dilakukan sampai kepada pengawasan kebersihan halaman belakang rumah, toilet, dapur dan tempat-tempat lainnya yang biasanya kurang diperhatikan kebersihannya.
  • Singapura juga membentuk Clean Ambassador sejumlah 1455 orang. Mereka adalah voluntir yang direkrut dari berbagai profesi dan kalangan di masyarakat lalu diberi pelatihan online bagaimana menjadi role model di lingkungannya masing-masing, memantau kepatuhan dan mempromosikan protokol kesehatan. Mereka diberi seragam khusus agar mudah dikenali.
  • Pedagang kaki lima tidak diusir tetapi diberi bantuan finansial dan edukasi agar bisa hidup bersahabat dengan Covid-19.
  • Belakangan terbukti pendekatan micro di Indonesia lebih berhasil dibandingkan PSBB dan program makro lainnya.
  • Berbagai program penanggulangan covid-19 dilakukan secara bergotong royong oleh berbagai lembaga terkait, termasuk swasta dan masyarakat. Bukan teori tetapi truly WoG in action.
  • Strategi, pendekatan dan teknik yang mereka kembangkan bukan spesifik untuk menanggulangi Covid-19, tetapi adalah adaptasi pendekatan yang dari dulu sudah digunakan untuk memanggulangi penyakit demam berdarah Dengue.

Mengambil Peluang

  • Ketika negara lain masih berkeluh kesah menanggulangi pandemi Covid-19, Singapura telah move on berpikir bagaimana menciptakan ekosistem untuk mencegah dan mengatasi penyakit X, apapun X itu.
  • Sejak pandemi Covid-19 melanda, selain menemukan cara-cara baru mengendalikannya, Singapura sudah berpikir bagaimana mengubah krisis ini menjadi peluang dengan mengisi pasca Covid-19 atau new normal dengan terobosan inovasi. Akhirnya bulan Mei 2021 Singapura meluncurkan Aliance for Action dengan tagline emerging stronger together. Mereka membentuk Emerging Stronger Taskforce untuk meneliti dampak Covid-19 pada ekonomi, buisnis dan pegawai, menyusun rekomendasi bagaimana agar Singapura menjadi tangguh dan menciptakan sumber pertumbuhan baru kedepannya.
  • Alliance for Action adalah aliansi swasta dan pemerintah untuk mencari peluang pertumbuhan baru bagi Singapura. Mereka bekerja sprint 3 bulan dan sejauh ini sudah berhasil mengidentifikasi 9 peluang baru yang padat teknologi. Meskipun demikian, mereka tidak latah menggunakan jargon Reviolusi Industri 4.0 karena mereka sudah melampaui atau bahkan tidak pernah mengenal tahap wacana. Mereka langsung membumikannya. Sembilan peluang baru tersebut adalah:

o  Digitalisasi Cluster Bisnis Pengembang

Real estate, konstruksi, security, layanan lingkungan, dan sebaginya). Selama masa pandemi cluster ini semakin erat berkolaborasi sehingga dengan digitalisasi mereka akan lebih kolaboratif dan produktif

o  EducTech

Home-based learning, lembaga pelatihan online, dan sebagainya

o  Pengalalman Pengunjung yang aman dan inovatif

Singapura sangat tergantung pada pelancong sehingga Singapura akan mempelopori cara aman transit, berbisnis, berekrasi agar tetap menjadi hub bisnis terdepan di Asia Pasifik

o  Smart Commerce

Pengalaman peningkatan penggunaan e-Commerce sepanjang pandemi tidak akan mematikan toko dan pusat perbelajaan fisik. Singapura akan membangun ekosistem perdagangan cerdas yang memadukan pengalalaman berdagang secara digital dan fisik

o  Robotics

Meminimalkan kontak antar manusia dalam proses kerja tertentu terutama robotik di bidang konstruksi, kebersihan, kesehatan, sistem transportasi darat.

o  Digitalisasi Pergudangan dan Ekspedisi

Sektor ini terbukti mampu bertahan selama masa pandemi sehingga menjadi peluang masa depan yang bagus

o  Sustainabilitas lingkungan hidup

Perhatian terhadap lingkungan hidup semakin mengemuka selama masa panemi sehingga merupakan peluang bagi Singapura untuk mengembangkan tenologi, keuangan dan kekuatan hukum utuk pelestarian lingkungan

o  MedTech

Berfokus pada pengembangan diagnosa in-vitro untuk menatasi penyakit kronis dan menular yang akan semakin prevalen dimasa mendatang

o  AgriTech

Membangun ekosistem AgriTech berkelas dunia untuk Singapura dengan ketahanan pangan dan menjadi pelopor solusi AgriTech dunia. Karena wilayah geografis yang kecil maka Singapura akan berfokus pada teknologi kebun dalam ruangan

Qua Vadis ASEAN

Peluang ASEAN

  • Persaingan kedua raksasa ekonomi dunia tersebut menciptakan peluang besar bagi ASEAN. Dengan kebijkan ekonomi China yang pro ke ASEAN maka negara-negara anggota berpeluang mengakses pasar terbesar dunia.
  • Pertumbuhan yang dicapai oleh China bukan gelembung ekonomi yang bisa meletus dengan mudah. Pertumbuhan tersebut sudah terpelihara selama 40 tahunan. Namun China bukan tanpa kelemahan, dan kelemahan ini dapat dimanfaatkan oleh negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia.
  • Kelemahan China terutama adalah pada populasinya yang menua, ditambah dengan birth rate yang menurun. Populasi yang menua akan memberikan tekanan pada perekonomian karena membutuhkan anggaran besar untuk layanan kesehatn dan dana pensiun. Sementara birth rate yang rendah memperlambat suplay tenaga kerja muda yang lebih produktif. Penduduk usia tua lamban dalam belajar dan menggunakan teknologi sehingga berdampak pada produktitvitas dan akhirnya pertumbuhan ekonomi.
  • Indonesia dengan penduduk lebih muda dan bonus demografi yang berlanjut melewati tahun 2020 merupakan peluang besar yang bisa dimanfaatkan. Namun negara punya pekerjaan rumah untuk memberikan pendidikan agar angkatan kerja muda ini bisa berkontribusi dalam pembangunan dan meningkatkan daya saing negara, jika tidak justru akan jadi beban.

Solidaritas ASEAN melemah?

  • Indonesia memiliki kepeloporan dalam pembangunan ASEAN. Namun ASEAN kini tidak lagi sekuat dan segarang dulu.
  • Kekompakan negara-negara anggota ASEAN diuji oleh dominasi ekonomi China. Konflik Laut China selatan bakal dimenangkan oleh China tanpa perlawanan berarti dari negara yang punya claim. Kalkulasi politik sudah dilakukannya oleh China dengan matang sehingga yakin akan menang. Pada sisi lain, ASEAN seolah mengatakan “sudahlah”, sebuah pernyataan pasrah.
  • Indonesia sebenarnya tidak memiliki claim wilayah dalam konflik ini. Satu-satunya keterkaitan Indonesia adalah adanya overlap sembilan garis putus-putus (nine-dash line) dengan wilayah Kepulauan Natuna yang merupakan zona ekonomi eksklusif Indonesia. Argumen historis China bahwa nenek moyang mereka menangkap ikan di sekitar Natuna masih dapat dilawan dengan sejarah kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Selama China tidak menyentuh wilayah ini maka Indonesia tidak bermasalah dengannya. Namun dalam beberapa kasus pasukan penjaga pantai China justru disinyalir mengawal nelayan mereka menangkap ikan di sekitar Natuna dan ini mengancam kedaulatan Indonesia.
  • Kelemahan dan kepasrahan ASEAN terlihat dari program kerjasama ekonominya dengan China yang tidak memasukkan agenda Laut China Selatan, karena tidak ingin mengganggu hubungan ekonomi dengan negara tirai bambu ini. Negara-negara anggota memiliki masalah dalam negerinya masing-masing dan ketergantungan dengan bantuan China sehingga hasrat untuk mereka melawan menjadi lemah. Kamboja dan Laos, misalnya, lebih mementingkan dukungan China di Sungai Mekong dari pada berkonflik dengannya di Laut China Selatan.
  • Kemungkinan ASEAN merapat ke Amerika juga sudah diperhitungkan oleh China tidak bakal terjadi. China paham betul bahwa pemerintah Amerika tidak akan melakukan intervensi di laut China selatan karena harus mendapatkan persetujuan dari rakyat Amerika sementara rakyatnya belum tentu paham dimana wilayah ini dan apa pentingnya bagi Amerika.
  • ASEAN membutuhkan pemimpin yang kuat untuk menyatukan, membela dan memperjuangkan kepentingan anggotanya. Mungkinkah pemimpin itu lahir di Indonesia?

Singapura adalah negara pembelajar

  • Ketika berhasil mendatangkan investor luar negeri, biasa lanjutan pertanyaannya dapatkah kita melakukan transfer teknologi dan pengetahuan? Ternyata Singapura tidak melakukan hal khusus terkait hal ini. Yang mereka lebih perhatikan bagaimana membangun talenta lokal mereka agar terserap dalam investasi luar negeri tersebut, terutama untuk posisi strategis. Dengan demikian transfer teknologi dan pengetahuan akan terjadi dengan sendirinya.
  • Negara-negara besar memiliki budaya pembelajar. Mereka mau belajar dari manapun sumber pengetahuan yang dibutuhkan. Tidak peduli sumber itu berasal dari negara lebih besar, atau bahkan dari negara lebih kecil sekalipun.
  • Prof Chan Soo Sen, mantan CEO dari China-Singapore Industrial Park menuturkan pengalamannya mengenai suatu proses proses transfer pengetahuan oleh China dari Singapura sejak tahun 1992.
Hal ini berawal dari kunjungan Deng Xioping ke Singapura yang sangat terkesan dengan negara kecil ini. Sebuah negara pulau dan negara kota yang kecil namun dalam waktu singkat berkembang pesat dari perkampungan nelayan kumuh menjadi sebuah kota dunia yang megah. Ketika kembali ke China Deng Xiaoping menyampaikan ke rakyatnya, ”Masyarakat Singapura sangat teratur. Sangat disiplin dalam hal administrasi. Kita harus belajar dari mereka, dan melakukannya lebih baik dari mereka.”


Merasa tersanjung dengan permintaan sebuah negara besar untuk belajar dari negaranya maka Perdana Meteri Lee Kwan Yew menerima permintaan China untuk belajar. Dalam periode 2 tahun dari 1992 hingga 2014 sebanyak 400 pejabat China secara bergelombang melakukan kunjungan belajar ke Singapura. Awalnya pemerintah Singapura merasakan ini sebagai suatu kehormatan, tetapi lama kelamaan mereka merasa terbebani karena instansi pemerintah Singapura tidak mampu melayani masyarakatnya secara maksimal akibat kewalahan melayani tamu-tamu dari China yang terus berdatangan.


Lee Kwan Yeu lalu menyampakan ke pemerintah China bahwa Singapura senang kalau China benar-benar ingin belajar, tetapi caranya tidak seperti ini. Sebagai gantinya Perdana Menteri Lee mengajak China untuk melakukan proyek bersama. China mengajukan 3 proyek, dan menyepakati dengan Singapura 3 strategi kerja sama: 1) tentukan tema, 2) masing-masing negara membuat perusahaan untuk bekerja sama dalam betuk joint venture, 3) China membentuk pemerintahan lokal di lokus proyek, semacam wilayah otoritas khusus agar pemerintah kedua negara terbebas dari kemungkinan konflik bilateral.


Dengan metode kerja di atas maka lahirlah proyek perdana tahun 1990an, yaitu Suzhou Industrial Park yang berorientasi pada promosi investasi untuk pembangunan ekonomi. Proyek kedua tahun 2000an adalah Tianjin Eco City yang berfokus pada menciptakan keseimbangan ekologi menuju pembangunan berkelanjutan. Proyek ketiga adalah Guangzhou Knowledge City yang merupakan pengembangan komunitas menuju transformasi ekonomi.


Proyek yang lebih awal merupakan ajang pembelajaran bukan hanya dari sisi China, tetapi juga Singapura sebagai guru. Pembangunan proyek berikutnya tidak mengulangi kesalahan pada proyek terdahulu sehingga proyek selanjutnya menjadi semakin baik.

Pembelajaran yang dapat diperoleh adalah:

  • Negara besar selalu berinvestasi dari awal untuk belajar dan mengembangkan kemampuan SDM, baru yang lainnya
  • Dalam pembelajaran kolaborasi perbedaan antara guru dan murid tidak tegas. Keduanya bisa menjadi guru dan murid secara bergantian ataupun bersamaan.
  • Belajar bukan hanya sebatas transfer pengetahuan eksplisit, tetapi pengetahuan tacit yang sifatnya actionable (know-how) dari bekerja bersama pada pembangunan nyata dan bukan hanya pada kasus di atas kertas.
  • ASN Corporate University sebaiknya menganut pola pembelajaran yang sama dengan pengalaman kolaborasi antara Singapura dan China, yakni berfokus pada permasalahan nyata lintas sektor. Dan yang terpenting ASN Corpu tidak hanya sebatas menfasilitasi pembelajaran lintas sektor dalam negeri, tetapi perlu melibatkan sumber belajar dari negara yang berhasil dalam mengatasi isu strategis yang menjadi tema pembelajaran dalam ASN Corpu.

Ide sederhana, Dampak Besar

  • Value dibelakang sebuah pelayanan sangat penting baik tersirat maupun tersurat. Changi Airport memberikan pelayanan yang “melebihi ekspektasi” pelaku perjalanan sehingga mereka “kangen” untuk selalu datang ke Singapura. Kata ekspektasi dan kangen bermuatan emosional dan menurut begawan pemasaran Indonesia Hermawan Kertajaya menyentuh pikiran konsumen tidak cukup, harus menyentuh hati dan emosinya. Product knowledge hanya membuat mereka paham mengenai barang dan layanan kita, tetapi tidak menggerakkan mereka untuk membeli dan mengkomsumsinya. Sentuh emosi pelanggan maka mereka akan loyal. Rupanya Changi Airport mempraktekan persis hal ini.
  • Seperti biasa, perencanaan dan strategi di Singapura selalu berangkat dari sesuatu yang sederhana dan logis, namun kuncinya adalah pada kemampuan mereka mengimplementasikan dan mengembangkannya secara berkelanjutan. Changi Airport yang bukan hanya membangun dan mengoperasikan bandara di Singapura tetapi juga di beberapa negara membesarkan diri dengan strategi sederhana “Essential, Choice, Surprise”

Essensial

Memenuhi dengan kualitas terbaik layanan dasar yang memang wajib ada pada setiap bandar udara manapun di dunia, misalnya ground handling, security, ATS, dan sebagainya.

Choice

Hal-hal khusus yang dibutuhkan oleh pengguna layanan yang mungkin bukan merupakan layanan dasar kebandarudaraan namun terjaring dalam survei mereka, misalnya fasilitas belanja, fasilitas elektronik dan komunikasi, dan sebagainya.

Surprise

Hal-hal tak terduga bukan bersifat layanan dasar, tidak pula teridentifikasi dari survei pelayanan namun berdasarkan analisis inteligen bisnis mereka akan memberikan efek wow bagi pengguna layanan. Maka tidak heran kalau di Changi Airport pelaku perjalanan betah berlama-lama di sana, bahkan berusaha untuk datang lebih awal dan selalu ingin kembali lagi ke Singapura. Changi Airport memanjakan penggunanya dengan bioskop, kolam renang, dan berbagai theme parks lainnya seperti Rain Vortex, Cannopy Park, Changi Experience Studio, dan berbagai macam lainnya.

  • Tidak mengherankan kalau Changi Airport merupakan bandara internasional yang tidak punya utang bank. Pembangunan, pengoperasian dan perawatan berasal dari profit. Itulah sebabnya dalam iklim bisnis yang sedang lesu akibat pandemi Covid-19 tidak membuat Changi Airport panik. Mereka tenang-tenang saja memperbesar dominasinya di bisnis non penumpang, misalnya cargo.

Penutup

Menyimak materi yang disampaikan oleh orang-orang pertama yang pernah memimpin langsung transformasi di berbagai bidang di Singapura terkesan ide mereka sederhana. Kemampuan Indonesia menyusun perencanaan dan kebijakan sepertinya jauh lebih hebat. Namun kelebihan Singapura adalah pada kemampuan mengimplementasikan perencanaan dan kebijakan yang sederhana lalu mengadaptasikannya dengan perkembangan yang terjadi sehingga menjelma menjadi sebuah hasil dan dampak yang fenomenal. Mempelajari dan mampu melakukan satu hal ini saja sudah merupakan hasil luar biasa dari pelatihan ini, selebihnya adalah bonus.

Dausser (talk) 08:55, 2 July 2021 (WIB)