Berteman Dengan Bencana Alam

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Revision as of 11:05, 1 March 2021 by Andi Mulyani (talk | contribs) (Draft Artikel)
Jump to navigation Jump to search
Sumber : Harianmassa.com
sumber : tribunnews.com

Indonesia merupakan negeri cincin api yang berada di atas pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia, karena itu Indonesia merupakan wilayah yang sangat rentan untuk mengalami bencana gempabumi dan tsunami serta berbagai dampak pasca gempa bumi dan tsunami tersebut. Indonesia juga menjadi salah satu wilayah yang memiliki frekuensi gempa bumi yang tertinggi di dunia.

Data rekaman kegempaan di BMKG ataupun data global menunjukkan adanya lompatan aktivitas kegempaan secara signifikan, terutama selama beberapa tahun terakhir. Dari data yang ada, gempabumi di Indonesia rata-rata terjadi 5.000 kali dalam satu tahun, namun sejak tahun 2017 telah meningkat menjadi 7.000 kali dalam satu tahun, bahkan meningkat hingga 11.000 kali di tahun 2018 dan 2019.

Selain beberapa bencana diatas ancaman hidrometeorologis juga merupakan ancaman serius bagi negara kita, ancaman ini dipicu oleh perubahan iklimglobal. Ancaman hidrometeorologis tersebut antara lain berupa banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, cuaca dan iklim ekstrim, gelombang ekstrim/gelombang laut berbahaya, dan abrasi

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia (96 persen dari 342 Zona Musim) saat ini telah memasuki musim hujan. Hal ini juga telah diprediksi sejak Agustus 2020 lalu, bahwa terkait dengan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari - Februari 2021 di sebagian Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa termasuk DKI Jakarta, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan.

Sri Wahyuningsih (talk) 15:29, 24 February 2021 (WIB)

Sejumlah wilayah di Indonesia terancam cuaca ekstrem imbas La Nina. Fenomena cuaca ekstrem itu akan berlangsung hingga puncaknya pada Februari 2021. Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menjelaskan La Nina atau La Nina event sebuah kejadian apabila kondisi penyimpangan atau anomali suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih ringan daripada kondisi normalnya. Kemudian, dikuti oleh perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya berupa peningkatan angin pasat Timuran lebih kuat dari kondisi normalnya dan telah berlangsung beberapa bulan.

Pakar menyebut tren bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan banjir bandang yang terus meningkat tiap tahun disebabkan krisis iklim yang diperparah ulah manusia. Sederet bencana alam yang melanda Indonesia di awal tahun 2021 telah merenggut 213 korban jiwa dan menyebabkan hampir dua juta orang mengungsi, 12 ribu luka-luka, serta tujuh orang hilang. Rangkaian bencana ini menambah daftar panjang bencana alam yang terjadi di Indonesia, negara kepulauan yang dikelilingi oleh rangkaian gunung berapi. Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak awal tahun 2021 hingga Selasa (09/02), tercatat 386 bencana terjadi di Indonesia yang didominasi oleh bencana banjir sebanyak 232 kejadian dan puting beliung serta tanah longsor masing-masing 73 dan 62 kejadian.

Andi Mulyani (talk) 19:42, 25 February 2021 (WIB)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94% dari 342 zona musim, saat ini telah memasuki puncak musim hujan. Cuaca ekstrem diperkirakan akan terjadi hingga bulan Maret. Dengan kondisi demikian, intensitas bencana hidrometeorologi - di antaranya banjir, banjir bandang, angin puting beliung dan tanah longsor - sangat berpotensi terjadi.

Heri Andreas, pakar geodesi ITB yang meneliti penurunan muka tanah di pantai utara Jawa, menganggap banjir yang melanda sejumlah titik di pesisir utara Jawa juga dipengaruhi oleh penurunan muka tanah (land subsidence), Land subsidence yang terus terjadi di Semarang dan Pekalongan, ia perkirakan akan berdampak pada makin meluaskan daerah risiko banjir. Karena dengan tanahnya turun itu otomatis drainase akan berdampak luar biasa, jadi aliran air itu jadi kacau balau, drainase di Pekalongan yang harusnya ngalir ke laut, balik ngalir ke darat. Yang harusnya mengalir, diam tidak mengalir. Itu ditemukan di Pekalongan, Semarang, Jakarta. Bahkan di Pantura Jabar seperti di Pamanukan, Karawang.

Irna Novianti (talk) 13:08, 26 February 2021 (WIB)

Kita punya pengalaman menghadapi terjadinya bencana sudah kita alami. Mulai dari bencana yang kecil sampai yang besar. Katakanlah bencana banjir atau longsor, seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan. Korbannya puluhan orang. Bencana yang besar pun sudah sering kita alami. Mulai dari gempa dan tsunami di Aceh. Dampaknya sampai ke Pulau Nias. Korbannya mencapai ratusan ribu jiwa. Menyusul gempa di Yogyakarta, Mentawai, dan Sumatra Barat, Flores, Banggai, Lombok, Palu, serta yang terakhir tsunami di Banten dan Lampung. Lain lagi persoalan saat bencana tsunami di Banten dan Lampung. Persoalan yang terungkap adalah hilangnya alat peringatan dini terjadinya tsunami. Karena itu, ada beberapa persoalan pokok yang kita hadapi dalam menanggulangi bencana. Mulai dari pelajaran yang harus diperkenalkan kepada masyarakat dan anak anak sekolah (dikenal sebagai mitigasi bencana).

Sri Wahyuningsih (talk) 09:11, 27 February 2021 (WIB)

Bencana banjir dan tanah longsor akibat dari cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini mau tak mau membuat kita semua harus selalu waspada dan mulai mempersiapkan dan membiasakan diri, seperti dilansir dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 5 langkah yang harus dilakukan ketika menghadapi bencana alam yaitu :

1.       Mencatat nomor telepon penting

Dalam mengantisipasi bencana, ada baiknya masyarakat mencatatat nomor telepon penting.

Terutama yang berkaitan dengan pihak penanggulangan bencana di Indonesia. Contohnya seperti nomor pemadam kebakaran, nomor bantuan SAR dan nomor lembaga kemanusiaan.

Selain mencatat nomor darurat, sebaiknya masyarakat juga membentuk grup WhatsApp warga di pemukiman agar proses evakuasi korban bencana berjalan lancar.

2.       Siapkan Perbekalan untuk 3 Hari (Tas Siap Bencana)

Ketika terjadi bencana alam, sebaiknya masyarakat mempersiapkan diri agar tidak panik dengan membawa perbekalan yang cukup. Salah satunya adalah mempersiapkan tas siap bencana atau tas yang berisikan alat-alat serta barang-barang yang dipersiapkan sebelum terjadi bencana. Berikut daftar barang-barang yang perlu dimasukkan ke dalam tas siap bencana:

·        Makanan Dan Minuman

Beberapa makanan kaleng dan kemasan bisa menjadi stok persiapan menghadapi bencana alam. Adapun makanan yang dapat disiapkan sangatlah mudah dicari, seperti mi instan, telur, beras, kornet, roti, pisang, susu, serta olahan daging dalam bentuk kemasan, serta air kemasan ukuran 1 liter sebanyak 3-5 botol/orang.

·        otak P3K dan peralatan kebersihan

Sama pentingnya dengan stok makanan, Kotak P3K dan peralatan sanitasi juga perlu dibawa pada situasi darurat. Selain plester dan alkohol, sebaiknya masyarakat juga menyiapkan obat-obatan pribadi. Adapun peralatan kebersihan yang dapat disiapkan, seperti pembalut, handuk kecil, tisu kering dan tisu basah, hand sanitizer, pakaian, serta peralatan mandi.

·        Pengisi Daya (Charger)/ power bank ponsel dan alat bantu penerangan, seperti senter.

3.       Amankan dokumen penting dan barang berharga

Masyarakat juga perlu menyiapkan salinan dokumen penting guna mengantisipasi apabila terjadi bencana alam. Caranya cukup mudah. Masyarakat cukup fotokopi semua dokuemen dan identitas penting supaya memiliki salinan berkas yang cukup di kemudian hari. Adapun dokumen penting yang perlu diamankan, seperti sertifikat rumah, ijazah, sertifikat nikah, Kartu Keluarga, dan Akta Kelahiran.

4.       Bentuk komunitas tangguh bencana

Komunitas tangguh bencana terdiri dari beberapa warga, biasanya berasal dari Karang Taruna yang akan melakukan kerja bakti, menentukan jalur vakuasi, tempat pengungsian, serta siskamling.

5.       Lapor ke Kelurahan/Kecamatan/Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Apabila terjadi kerusakan, tanggul bocor, atau korsleting listrik, sebaiknya masyarakat melapor ke kelurahan/kecamatan/BPBD guna mendapat bantuan lebih lanjut.

Hal – hal tersebut diatas itulah yang sekarang ini mulai dilakukan oleh masyarakat, selain waspada terhadap pandemic covid 19 juga harus waspada dan siaga akan bencana alam yang tidak bisa dihindari akan tetapi harus dihadapi dan dipersiapkan dalam menghadapi bencana alam tersebut.

Andi Mulyani (talk) 10:54, 1 March 2021 (WIB)

Terkait fenomena tersebut diatas adalah salah satu dari sekian banyak gambaran ilustrasi dari volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity atau yang lebih dikenal dengan istilah VUCA, apa itu VUCA? Mungkin bagi sebagian orang istilah ini masih asing didengar tapi sebagian lagi ini merupakan istilah yang sudah lama dipake dalam dunia militer.

volatility atau volatilitas dapat diartikan sebagai suatu hal yang mudah menguap, berubah dan meledak. Nah, volatilitas ini bisa dilihat dari pandangan ekonomi, yang berarti lingkungan bisnis yang mudah berubah-ubah dengan cepat atau labil, dan ini terjadi dalam skala yang besar. Arti uncertainty pada situasi VUCA, sama seperti artinya dalam Bahasa Inggris yaitu, tidak pasti atau ketidakpastian. Ini menggambarkan situasi dimana orang-orang akan sulit memprediksi sebuah keakuratan yang akan terjadi di masa depan. Dalam Bahasa Indonesia, kata Complexity memiliki arti kompleksitas, yang mana ini menggambarkan situasi yang semakin rumit karena tantangan-tantangan yang hadir merupakan perwujudan dari banyak faktor yang saling terkait satu sama lain. Lalu, apa pengertian dari ambiguity? ini memiliki arti tidak ada kejelasan dari asal-usul sebuah kejadian.

Dari keempat definisi di atas mengenai VUCA, kita dapat melihat bahwa VUCA menggambarkan sesuatu yang penuh dengan ketidakjelasan, tidak berarah, situasi yang cenderung berubah-ubah dengan sangat cepat yang berasal dari sebab dan akibat yang tidak jelas, yang mana situasi ini sangat ironis. VUCA adalah akronim yang berarti volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas), kombinasi kualitas yang jika digabungkan mencirikan sifat dari beberapa kondisi dan situasi yang sulit.

Sri Wahyuningsih (talk) 09:06, 1 March 2021 (WIB)

Kesadaran akan kekuatan dalam model strategi VUCA untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan merupakan bagian integral dari manajmen krisis dan perencanaan pemulihan bencana.

Apakah VUCA mempunyai konsekuensi? Dari situasi VUCA ini, maka ada dua konsekuensi, yaitu:

  1. Pada situasi ini, pemikiran strategis menjadi suatu keharusan.

Kita didorong untuk membuat lebih banyak keputusan. Menurut definisi, strategi adalah tentang mengevaluasi opsi dan membuat pilihan. Dimana kita harus mempertimbangkan pertukaran ide, keberhasilan yang cepat, prioritas absolut, kerugian yang dapat diterima, dan aspek lainnya. Kami tidak dapat membuat keputusan ini tanpa benar-benar menyadari konteks dimana kami bertindak.

Peringatan: menjadi sadar akan konteks dan situasi VUCA, bukan berarti mengubah strategi secara terus-menerus. Tetapi, ini menandakan bahwa kita harus mengakui keterkaitan strategi yang perlu ditinjau lagi dan lagi. Selain itu, penyesuaian strategi cenderung memicu modifikasi rencana, ini memiliki keunggulan untuk membuat keseluruhan sistem menjadi lebih cepat.

2.  Kepemimpinan menjadi sangat penting, yang maksudnya adalah keahlian seorang pemimpin perlu berkembang.

Dikarenakan ketidakpastian yang merajalela, ini juga berdampak pada para pemuda yang mengalami stres dan keraguan terhadap perubahan zaman yang terlalu cepat. Itulah mengapa kecakapan seorang pemimpin sangat diperlukan untuk mematahkan pola dengan mengambil posisi bijaksana dan mengartikulasikan strategi yang diberikan. Dengan situasi yang cenderung berubah-ubah ini, para pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengeluarkan potensi semua orang dengan menanamkan dan mendorong mereka untuk dapat beradaptasi dengan situasi VUCA yang sangat membingungkan. Sebagai contoh, pimpinan berusaha mengurangi kecemasan karyawan dalam menghadapi perubahan dengan membuktikan bahwa tantangan dapat menjadi sebuah peluang yang akan menjadi pemacu penting bagi kinerja dan keunggulan kompetitif. Selain tantangan serta bahaya, dunia VUCA juga memiliki peluang. Untuk mendapatkan peluang ini, para pemimpin harus melakukan lebih dari sekadar menanggapi sebuah peristiwa, meskipun mereka juga harus meresponnya. Tidak hanya itu, pemimpin harus menjadi agen perubahan positif di tengah-tengah kekacauan, menciptakan masa depan yang cerah, karena beberapa hal dapat menjadi lebih baik, bahkan ketika hal-hal lain menjadi lebih buruk.


Andi Mulyani (talk) 10:55, 1 March 2021 (WIB)