Difference between revisions of "Nasionalisme Diaspora Indonesia"
(menambahkan tulisan) |
|||
Line 2: | Line 2: | ||
Menurut Dewi Savitri, kata diaspora secara harfiah diterjemahkan "yang tersebar". Kata itu berasal dari Bahasa Yunani Kuno. International Organization for Migration mendefinisikannya, "Emigrants dan keturunannya yang tinggal di luar negeri yang bukan tempat kelahirannya dan bukan negara nenek moyangnya, baik secara permanen maupun sementara, tetapi masih mempertahankan hubungan erat dengan negara asalnya". Definisi lain diberikan oleh Kementerian Luar Negeri, yakni Warga Negara Indonesia yang menetap di luar negeri, orang asing yang dahulunya WNI (eks WNI), anak dari eks WNI, dan orang asing yang orangtuanya WNI. Meskipun istilah Diaspora lebih populer, ternyata Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2017 menggunakan istilah Masyarakat Indonesia di Luar Negeri (MILN). Ada berbagai alasan mengapa orang-orang Indonesia menyebar ke mancanegara. Pertama, karena dibawa pada masa kolonial ke Suriname, Kaledonia Baru, dan berbagai tempat lain. Kedua, karena tuntutan karier. Ketiga, menuntut ilmu di luar negeri. Keempat, karena pergolakan politik di dalam negeri. | Menurut Dewi Savitri, kata diaspora secara harfiah diterjemahkan "yang tersebar". Kata itu berasal dari Bahasa Yunani Kuno. International Organization for Migration mendefinisikannya, "Emigrants dan keturunannya yang tinggal di luar negeri yang bukan tempat kelahirannya dan bukan negara nenek moyangnya, baik secara permanen maupun sementara, tetapi masih mempertahankan hubungan erat dengan negara asalnya". Definisi lain diberikan oleh Kementerian Luar Negeri, yakni Warga Negara Indonesia yang menetap di luar negeri, orang asing yang dahulunya WNI (eks WNI), anak dari eks WNI, dan orang asing yang orangtuanya WNI. Meskipun istilah Diaspora lebih populer, ternyata Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2017 menggunakan istilah Masyarakat Indonesia di Luar Negeri (MILN). Ada berbagai alasan mengapa orang-orang Indonesia menyebar ke mancanegara. Pertama, karena dibawa pada masa kolonial ke Suriname, Kaledonia Baru, dan berbagai tempat lain. Kedua, karena tuntutan karier. Ketiga, menuntut ilmu di luar negeri. Keempat, karena pergolakan politik di dalam negeri. | ||
+ | |||
+ | Diaspora merupakan fenomena yang banyak dijumpai dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia, termasuk di Indonesia. Diapora Indonesia terbagi menjadi empat kelompok, yakni: | ||
+ | |||
+ | 1. Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri (pemegang paspor Indonesia) secara sah, | ||
+ | |||
+ | 2. Menjadi warga negara asing karena proses naturalisasi dan tidak lagi memiliki paspor Indonesia, | ||
+ | |||
+ | 3. Warga negara asing yang memiliki orang tua atau leluhur yang berasal dari Indonesia, | ||
+ | |||
+ | 4. Warga negara asing yang tidak memiliki pertalian leluhur dengandengan Indonesia sama sekali namun memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap Indonesia. | ||
Para Diaspora mampu membuat bendera merah putih berkibar tinggi di negeri orang. Kesuksesan mereka meraih prestasi dan membangun karier di luar negeri dapat menjadi panutan bagi kita semua. Beberapa diaspora Indonesia yang sukses membanggakan Indonesia di luar negeri antara lain : | Para Diaspora mampu membuat bendera merah putih berkibar tinggi di negeri orang. Kesuksesan mereka meraih prestasi dan membangun karier di luar negeri dapat menjadi panutan bagi kita semua. Beberapa diaspora Indonesia yang sukses membanggakan Indonesia di luar negeri antara lain : |
Revision as of 17:38, 22 September 2022
Kelompok 3 : BANNAWATI, ST (M012021059)
Menurut Dewi Savitri, kata diaspora secara harfiah diterjemahkan "yang tersebar". Kata itu berasal dari Bahasa Yunani Kuno. International Organization for Migration mendefinisikannya, "Emigrants dan keturunannya yang tinggal di luar negeri yang bukan tempat kelahirannya dan bukan negara nenek moyangnya, baik secara permanen maupun sementara, tetapi masih mempertahankan hubungan erat dengan negara asalnya". Definisi lain diberikan oleh Kementerian Luar Negeri, yakni Warga Negara Indonesia yang menetap di luar negeri, orang asing yang dahulunya WNI (eks WNI), anak dari eks WNI, dan orang asing yang orangtuanya WNI. Meskipun istilah Diaspora lebih populer, ternyata Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2017 menggunakan istilah Masyarakat Indonesia di Luar Negeri (MILN). Ada berbagai alasan mengapa orang-orang Indonesia menyebar ke mancanegara. Pertama, karena dibawa pada masa kolonial ke Suriname, Kaledonia Baru, dan berbagai tempat lain. Kedua, karena tuntutan karier. Ketiga, menuntut ilmu di luar negeri. Keempat, karena pergolakan politik di dalam negeri.
Diaspora merupakan fenomena yang banyak dijumpai dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia, termasuk di Indonesia. Diapora Indonesia terbagi menjadi empat kelompok, yakni:
1. Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri (pemegang paspor Indonesia) secara sah,
2. Menjadi warga negara asing karena proses naturalisasi dan tidak lagi memiliki paspor Indonesia,
3. Warga negara asing yang memiliki orang tua atau leluhur yang berasal dari Indonesia,
4. Warga negara asing yang tidak memiliki pertalian leluhur dengandengan Indonesia sama sekali namun memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap Indonesia.
Para Diaspora mampu membuat bendera merah putih berkibar tinggi di negeri orang. Kesuksesan mereka meraih prestasi dan membangun karier di luar negeri dapat menjadi panutan bagi kita semua. Beberapa diaspora Indonesia yang sukses membanggakan Indonesia di luar negeri antara lain :
1. Khoirul Anwar
Lulusan sarjana Teknik Elektro ITB tahun 2000 ini dikenal sebagai penemu prinsip dasar teknologi 4G. Ia menemukan terobosan konsep teknologi wireless itu saat melakukan penelitian di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) Jepang pada 2005. Lelaki asal Kediri itu juga sempat mendapat tawaran Permanent Residence dari pemerintah Jepang karena kontribusinya yang luar biasa di bidang telekomunikasi. Namun karena kecintaan kepada Indonesia, Khoirul menolak tawaran tersebut.
2. Mulyoto Pangestu
Ilmuwan Indonesia yang lahir di Pekalongan, 11 November 1963, ini dikenal dunia karena berhasil menemukan evaporative drying, yaitu suatu kemasan penyimpanan sperma kering dan beku yang tidak membutuhkan penanganan khusus dan hasilnya dapat tetap dipakai walau telah disimpan bertahun-tahun. Inovasi Mulyoto dianggap sebagai terobosan spektakuler karena ia menemukan cara efisien untuk menyimpan sperma dengan menggunakan bahan sedotan plastik khusus dan kantong aluminium foil khusus yang hanya ber biaya sekitar 50 sen AS. Penemuan teknik penyimpanan sperma yang fenomenal itu telah membuat karier Mulyoto menanjak di Australia hingga ia menjadi dosen di sana.
3. Ardistia Dwiasri
Ardistia mengambil jalur pendidikan Fashion Design di Parsons School of Design. Setelah merasa cukup dengan pendidikan formal di bidang mode, Ardistia magang sebagai asisten desainer untuk Diane Von Furstenberg (2003), freelancer di rumah mode Ann Taylor, Gap, dan menjadi technical designer Tommy Hilfiger. Ardistia New York didirikan pada tahun 2007, di New York. la mulai menjual produknya di pertokoan kecil dan butik tertentu di Amerika. Karena penjualannya bagus, produk pun berkembang sesuai permintaan pasar. Alhasil, produknya sukses menembus negara-negara maju. Ia kemudian melebarkan sayap ke kawasan Asia Pasifik, seperti Jepang, Hong Kong, Australia, juga Indonesia.
4. Yow-Pin Lim
Yow-Pin Lim, MD, Ph.D adalah pendiri Chief Scientific Officer Pro Thera Biologics, sebuah perusahaan di Rhode Island, AS. Saat ini ia menjabat assistant professor di Brown Medical School and Research Oncologist pada Department of Medicine / Div. Hematology-Oncology, Rhode Island Hospital. ProThera dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang telah dikembangkan di Rhode Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan memasarkan produk berbasiskan protein theranostic dan therapeutic. Dengan lembaga risetnya itu, ia menggeluti bidang bioteknologi. Riset yang dihasilkan pria kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi pada pemahaman terhadap molekul-molekul kompleks pada fisiologi manusia dan berbagai macam penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Yow-Pin Lim kini memiliki beberapa paten, antara lain Preparative Electrophoresis Device and Methode dan Methods for Detecting Cancer of the Central Nervous System.
5. Sri Mulyani
Nama Sri Mulyani tentu sudah tidak asing. Ia kini menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Jokowi. Sri Mulyani mulanya menjabat sebagai Menteri PPN/Kepala Bappenas di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, selang setahun, ia dipercaya sebagai Menteri Keuangan. Jabatan Menteri Keuangan diemban Sri Mulyani selama akhir 2005 sampai pertengahan 2010. Kariernya lantas merambah ke dunia internasional. Pada pertengahan 2010, Sri Mulyani ditunjuk sebagai salah satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank Dunia (World Bank).
6. BJ Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie merupakan Presiden ke-3 RI. Ia dikenal sebagai teknokrat yang namanya besar di dunia internasional. Karier Habibie di luar negeri bermula ketika dirinya melanjutkan kuliah di Rhenish Wesfalische Technische Hochscule, Jerman, jurusan Konstruksi Pesawat Terbang. Selepas menamatkan studinya, Habibie bekerja dari satu perusahaan penerbangan ke perusahaan sejenis di Hamburg, Jerman. Kejeniusannya di bidang penerbangan bahkan membuat Habibie menjadi orang yang dihormati di negara tersebut. Dia bahkan dijuluki sebagai Mr Crack karena kontribusi besarnya bagi teknologi pesawat terbang global. Namanya pun melekat menjadi nama teorema di bidang termodinamika. Teorema Habibie (dikenal sebagai Crack Propagation Theory) menyelesaikan persoalan yang sebelumnya memicu banyak kecelakaan pesawat terbang. Teori ini memberikan formulasi perhitungan matematis untuk menemukan potensi rekahan pada kerangka badan pesawat. Istilah teknis untuk rekahan ini adalah crack.
7. Ricky Elson
Nama Ricky Elson tidak asing di dunia mobil listrik nasional. Bisa dibilang, Ricky merupakan salah satu orang Indonesia pertama yang menciptakan mobil listrik. Ricky menempuh pendidikan teknologinya di Jepang. Ia lantas bekerja di sebuah perusahaan di Negeri Sakura itu. 14 tahun berkarier di sana, Ricky telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan di Jepang.
Nasionalisme atau rasa kebanggaan dan cinta tanah air adalah semangat yang harus dimiliki oleh setiap warga negara yang tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun adakalanya sejumlah masyarakat harus pergi ke luar negeri meninggalkan tanah kelahiran mereka disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya adalah bekerja, melanjutkan studi, melaksanakan tugas negara ataupun karena alasan pernikahan dengan WNA. Mereka inilah yang kemudian tersebar dan menetap di lebih dari 90 negera di seluruh penjuru dunia yang disebut dengan diaspora Indonesia. Apa pun status hukum, bidang pekerjaan, latar belakang etnis, dan kesukuan para diaspora Indonesia kecintaan mereka terhadap Indonesia tak pernah luntur. Cinta para diaspora untuk Indonesia dan kebanggaan mereka akan sejarah kebudayaan Indonesia mendorong mereka untuk mengajukan permintaan dwi kewarganegaraan secara konsisten.
Sebagaimana pada awalnya telah diperkenalkan oleh Ir. Soekarno, bapak Proklamator RI, bahwa nasionalisme sebagai ideologi pergerakan nasional akan menunjukkan kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita sehingga akan mewujudkan rasa memiliki dan kesetiaan terhadap bangsa dan negara. Rasa “kesetiaan” inilah yang akan menjadi identitas nasional para pelaku diaspora Indonesia yang seharusnya senantiasa terjaga sehingga dimanapun mereka berada, mereka akan tetap merasa sebagai orang Indonesia.