Difference between revisions of "Merencanakan Sumber Daya Manusia untuk Indonesia Emas 2045"
m |
m |
||
Line 112: | Line 112: | ||
− | '''C. KONTRIBUSI GENERASI Y (LAHIR PADA 1977-1994) DAN GENERASI Z (LAHIR PADA 1995-2010) UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI INDONESIA EMAS TAHUN | + | '''C. KONTRIBUSI GENERASI Y (LAHIR PADA 1977-1994) DAN GENERASI Z (LAHIR PADA 1995-2010) UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI INDONESIA EMAS TAHUN 2045''' |
Memasuki tahun 2022 ini, sudah tidak dipungkiri lagi bahwa dunia kerja tidak lagi didominasi dengan kalangan generasi X atau biasa kita sebut ''baby boomer''. Generasi Y (milenial) lah yang saat ini mendominasi, mengingat pasti kalangan generasi tersebut tengah berada di usia produktifnya. Disusul generasi Z yang juga mulai memasuki usia produktif sehingga turut meramaikan dunia kerja saat ini. Penulis khusus akan membahas terkait pengelolaan manajemen dan gaya kepemimpinan yang mampu mengerakkan generasi ini (Y dan Z) bahkan hingga dapat menjadi agen perubahan bagi lingkungan sekitar. Banyak persiapan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin terlebih dahulu menyiapkan budaya organisasi dan etika kerja yang baik adalah sangat penting dalam menjalankan prinsip pelayanan publik yang dapat mendukung gaya kepemimpinan yang adaptif dan efektif. Tentunya dengan membentuk budaya yang baik sebuah organisasi sebagai suatu tempat setiap pegawai dari berbagai latar belakang yang berbeda bersatu dan bekerja secara bersama untuk mencapai tujuan sesuai target yang telah ditentukan. Dengan kepemimpinan yang adaptif dan efektif memudahkan pemimpin menyesuaikan dirinya dengan perubahan dan keadaan baru yang dihadapkan pada generasi milenial. Kemudian bagaimana cara memimpin anggota tim yang didominasi generasi milenial dan Z? | Memasuki tahun 2022 ini, sudah tidak dipungkiri lagi bahwa dunia kerja tidak lagi didominasi dengan kalangan generasi X atau biasa kita sebut ''baby boomer''. Generasi Y (milenial) lah yang saat ini mendominasi, mengingat pasti kalangan generasi tersebut tengah berada di usia produktifnya. Disusul generasi Z yang juga mulai memasuki usia produktif sehingga turut meramaikan dunia kerja saat ini. Penulis khusus akan membahas terkait pengelolaan manajemen dan gaya kepemimpinan yang mampu mengerakkan generasi ini (Y dan Z) bahkan hingga dapat menjadi agen perubahan bagi lingkungan sekitar. Banyak persiapan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin terlebih dahulu menyiapkan budaya organisasi dan etika kerja yang baik adalah sangat penting dalam menjalankan prinsip pelayanan publik yang dapat mendukung gaya kepemimpinan yang adaptif dan efektif. Tentunya dengan membentuk budaya yang baik sebuah organisasi sebagai suatu tempat setiap pegawai dari berbagai latar belakang yang berbeda bersatu dan bekerja secara bersama untuk mencapai tujuan sesuai target yang telah ditentukan. Dengan kepemimpinan yang adaptif dan efektif memudahkan pemimpin menyesuaikan dirinya dengan perubahan dan keadaan baru yang dihadapkan pada generasi milenial. Kemudian bagaimana cara memimpin anggota tim yang didominasi generasi milenial dan Z? |
Revision as of 21:53, 15 September 2022
Generasi Y dan Z adalah generasi yang memiliki potensi yang sangat besar dalam memajukan Indonesia Emas di tahun 2045 dengan kemampuan dan daya saing yang tinggi maka itu semua bisa terjadi.Kedepan generasi emas Indonesia diharapkan akan mampu bersikap dan bertindak dalam menghadapi tantangan dan permasalahan baru.Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, sebagai penerus masa depan bangsa, para pemuda harus memiliki 5 (lima) life skill penting untuk mencapai generasi Indonesia Emas 2045. Kelima life skill tersebut dirumuskan dalam 5C, yakni, critical thinking, creativity and inovation, communication skill, collaboration dan confidence
Indonesia digadang akan mencapai masa keemasan pada tahun 2045 tepat saat usia kemerdekaan mencapai 100 tahun. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas agar dapat memimpin negara di era tersebut, pemerintah kini tengah fokus pada generasi anak-anak usia dini. Tantangan utama saat ini adalah globalisasi dan kehadiran Revolusi Industri 4.0 yang segera disusul oleh Era Society 5.0, Karena itu, di era digital saat ini kita harus bisa menguasai teknologi digital
A. PERBEDAAN GENERASI X, GENERASI Y DAN GENERASI Z
1. Generasi X (lahir pada 1965-1976)
Generasi X adalah kelompok orang yang lahir pada rentang tahun 1965-1976. Generasi ini juga disebut sebagai generasi sandwich karena berada di antara dua generasi yang paling banyak dibicarakan, yakni generasi baby boomer dan generasi Y (milenial).
“Generasi X cenderung menunda pernikahan”
Generasi X memiliki karakteristik khas sebagai berikut:
a. Mengutamakan work-life balance
Generasi X tidak terlalu ambisius soal karier, tapi juga tidak menyepelekan pekerjaan. Mereka selalu berusaha meluangkan waktu untuk membahagiakan diri sendiri di sela-sela kesibukan kerja.
b. Menunda menikah atau punya anak
Fokus utama generasi X adalah kebahagiaan atau kesuksesan dirinya sendiri sehingga mereka tidak segan menunda menikah atau punya anak jika dipandang perlu.
c. Skeptis
Generasi X juga dikenal skeptis dan tidak ingin terlibat dalam kegiatan yang dinilai tidak menguntungkan mereka, termasuk dalam pemilu.
d. Mampu beradaptasi
Generasi X dilahirkan pada tahun-tahun awal berkembangnya teknologi dan informasi, seperti penggunaan personal computer (PC), video games, TV kabel, dan internet. Mereka bisa dengan cepat beradaptasi, bahkan hingga era serba-wireless saat ini.
e. Banyak akal
Orang-orang dari jenis generasi ini lebih jago berdagang dibanding generasi baby boomer. Salah satunya karena mereka banyak akal dan memang menyukai hal-hal yang informal.
2. Generasi Y (lahir pada 1977-1994)
Di antara generasi XYZ, generasi Y inilah yang dikenal sebagai generasi milenial. Pasalnya, gelombang pertama generasi Y menjadi orang dewasa saat pergantian milenium 2000.
Orang-orang di generasi ini lahir pada tahun 1977-1994. Generasi milenial juga dikenal sebagai me generation karena sebagian besar dari mereka sangat berambisi untuk ingin menguasai semua bidang.
Sisi positifnya, ambisi ini melahirkan banyak inovasi baru, seperti ditandai dengan keluarnya berbagai teknologi termutakhir, start-up, hingga jenis pekerjaan dan gaya hidup yang tidak terpikirkan sebelumnya.
“Generasi Y punya ketergantungan terhadap teknologi”
Karakteristik yang khas dari generasi Y, yaitu:
a. Ketergantungan terhadap teknologi
Generasi milenial seperti tidak bisa lepas dari gawai. Mereka nyaris melakukan semua hal secara digital, mulai dari bertukar pesan, bekerja, hingga menjalin hubungan asmara lewat berbagai aplikasi online dating.
b. Lebih terbuka terhadap perubahan
Dibanding generasi lainnya, generasi millenial inilah yang paling terbuka dalam pandangan politik dan ekonomi sehingga terlihat reaktif terhadap perubahan.
c. Ambisius
Orang-orang generasi milenial memiliki rasa percaya diri yang tinggi, begitu pula dengan ambisi. Tak heran banyak generasi Y yang sudah sukses di usia muda.
d. Skill interpersonal yang terbatas
Karena sangat bergantung pada teknologi, generasi Y cenderung memiliki kemampuan interpersonal yang terbatas. Mereka mungkin terlihat ramah dan menyenangkan di media sosial, tapi bisa jadi sebenarnya merupakan sosok yang sulit bergaul.
e. Rentan stres dan depresi
Ambisius ditambah skill interpersonal yang kurang adalah kombinasi yang dapat membuat orang-orang dari generasi Y rentan mengalami stres dan depresi.
3. Generasi Z (lahir pada 1995-2010)
Generasi Z artinya sekelompok orang yang lahir pada tahun 1995-2010. Namun, belum banyak riset yang dilakukan terhadap generasi Z. Kendati demikian, satu hal yang pasti dari generasi ini adalah mereka dibesarkan di lingkungan yang serbacanggih dan serba-digital sehingga diprediksi akan melahirkan generasi dengan karakteristik yang sangat beragam, baik dari segi akademis maupun hubungan interpersonal.
“Generasi Z senang bersosialisasi”
Generasi X memiliki karakteristik khas sebagai berikut:
a. Melek teknologi
Dibanding generasi sebelumnya, generasi Z menjadi orang yang melek teknologi sehingga bisa dengan mudah menjelajah dunia maya untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya.
b. Lebih suka bersosialisasi
Meski melek teknologi, generasi Z lebih suka bersosialisasi dibanding generasi milenial. Hal ini yang membuat mereka cenderung suka nongkrong ataupun hanya sekadar berkirim pesan via chatting.
c. Cepat belajar
Terbuka luasnya akses informasi membuat generasi Z lebih cepat belajar dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka dapat mempelajari informasi melalui internet yang terus berkembang.
d. Cocok bekerja di perusahaan rintisan
Generasi Z paling suka dan cocok bekerja di perusahaan rintisan (start-up) yang masih memiliki ruang bagi mereka untuk berkembang, melakukan banyak pekerjaan sekaligus, membutuhkan kreativitas, dan punya banyak tantangan sebagai ajang pembuktian diri.
B. ERA INDONESIA EMAS TAHUN 2045
Tahun 2045 merupakan momentum bersejarah, karena Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad Indonesia. Hal ini yang menjadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045.
Indonesia 2045 masih 23 tahun lagi. Namun, pada dasarnya bibit-bibit unggul sudah ada dari sekarang. Anak-anak kecil sudah banyak berada di sekeliling kita. Merekalah yang akan memimpin bangsa ini di tahun 2045 kelak. Di tangan mereka yang masih anak-anak inilah, masa depan dan nasib bangsa ini dipertaruhkan.
Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun).
Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak buruk terutama masalah sosial. Seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Melihat dari fakta yang akan dihadapi Indonesia tersebut, bonus demografi memang tidak bisa dihindari.
Generasi yang cerdas dan mau menerima perubahan harus diterapkan sejak dini menuju impian Indonesia menjadi generasi emas 2045, di antaranya:
- Memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif
- Damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat
- Sehat, menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan
- Berperadaban unggul
Generasi yang paling diharapkan berkontribusi adalah Generasi Y dan Generasi Z untuk mempersiapkan Indonesia Emas Tahun 2045
C. KONTRIBUSI GENERASI Y (LAHIR PADA 1977-1994) DAN GENERASI Z (LAHIR PADA 1995-2010) UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI INDONESIA EMAS TAHUN 2045
Memasuki tahun 2022 ini, sudah tidak dipungkiri lagi bahwa dunia kerja tidak lagi didominasi dengan kalangan generasi X atau biasa kita sebut baby boomer. Generasi Y (milenial) lah yang saat ini mendominasi, mengingat pasti kalangan generasi tersebut tengah berada di usia produktifnya. Disusul generasi Z yang juga mulai memasuki usia produktif sehingga turut meramaikan dunia kerja saat ini. Penulis khusus akan membahas terkait pengelolaan manajemen dan gaya kepemimpinan yang mampu mengerakkan generasi ini (Y dan Z) bahkan hingga dapat menjadi agen perubahan bagi lingkungan sekitar. Banyak persiapan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin terlebih dahulu menyiapkan budaya organisasi dan etika kerja yang baik adalah sangat penting dalam menjalankan prinsip pelayanan publik yang dapat mendukung gaya kepemimpinan yang adaptif dan efektif. Tentunya dengan membentuk budaya yang baik sebuah organisasi sebagai suatu tempat setiap pegawai dari berbagai latar belakang yang berbeda bersatu dan bekerja secara bersama untuk mencapai tujuan sesuai target yang telah ditentukan. Dengan kepemimpinan yang adaptif dan efektif memudahkan pemimpin menyesuaikan dirinya dengan perubahan dan keadaan baru yang dihadapkan pada generasi milenial. Kemudian bagaimana cara memimpin anggota tim yang didominasi generasi milenial dan Z?
1. Budaya Organisasi
Mengenalkan budaya organisasi yang baik kepada generasi milenial dan Z, tentunya menjadi pilihan yang utama. Pada umumnya, orang menganggap budaya sebagai karakter atau kepribadian sebuah organisasi. Budaya organisasi yang baik sangat mendukung seorang pemimpin untuk menjalankan dinamika organisasi dalam kepemimpinan yang adaptif dan efektif. Budaya organisasi yang baik akan memberikan ruang dan peluang bagi pemimpin untuk memberikan peranan penting dalam membentuk budaya kerja pada organisasi, sehingga fungsi budaya organisasi nampak secara umum, seperti yang telah dikemukakan oleh para pendapat :
a. Menambahkan rasa kepemilikan dan menaikkan loyalitas pegawai kepada organisasi
b. Digunakan sebagai alat untuk mengorganisasikan anggota
c. Memperkuat nilai organisasi
d. Sebagai mekanisme untuk mengontrol perilaku di dalam lingkungan kerja
e. Mendorong semua struktur untuk meningkatkan kinerja yang tinggi
f. Budaya organisasi juga berfungsi sebagai penentu arah, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
Dalam hal ini budaya kerja mengambil peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Capaian kinerja organisasi yang terus meningkat dan efektif dalam pencapaiannya, menandakan keberhasilan organisasi tersebut dalam menjalankan manajemennya. Mengambil contoh, budaya kerja suatu organisasi yang dapat kita ambil yaitu budaya kerja dalam Kementerian Keuangan yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 127 Tahun 2013, yang terdiri dari:
· Satu informasi setiap hari.
· Dua menit sebelum jadwal.
· Tiga salam setiap hari.
· Rencanakan, kerjakan, monitoring, dan tindaklanjuti.
· Ringkas, rapi, resik, rawat, rajin.
Budaya kerja yang digadang tersebut menjadi pegangan seluruh pegawai Kementerian Keuangan berperilaku dalam kesehariannya dalam bekerja. Sehingga diharapkan melahirkan suasana yang baik serta dapat mendukung produktivitas seluruh pegawai dan memberikan output yang optimal terhadap capaian organisasi.
2. Etika Kerja
Budaya organisasi berkaitan pula dengan etika kerja yang juga dikenalkan dan tanamkan kepada generasi khususnya kaum milenial dan Z. Etika kerja harus dijunjung tinggi dan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, hal itu akan membentuk karakter aparatur pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dimana etika pribadi menjadi cermin bagi etika organisasi, walaupun juga tidak dapat dibenarkan bahwa kesalahan pribadi menjadi representasi dari sebuah organisasi. Sebaliknya organisasi bisa menjadi contoh sebagai pantulan bagi etika pribadi untuk membentuk karakternya dalam bekerja.
Etika dapat dimaknai sebagai studi, pedoman, determinasi yang disepakati bersama dalam kelompok yang rasional, sehingga memiliki pertimbangan benar-salah atau baik-buruk, sedangkan etika kepemimpinan merupakan etika yang disepakati dan dilaksanakan dalam dan untuk kehidupan organisasi yang benar atau baik oleh para pemimpin.
“Untuk menjadi seorang pemimpin, anda harus membuat orang ingin mengikuti anda, dan tidak ada yang ingin mengikuti seseorang yang tidak tahu kemana dia pergi,” (Joe Namath, former New York Jets Quarterback).
3. Strategi dalam Memimpin Generasi Milenial dan Z
Untuk memaksimalkan generasi ini, yang hidup di era globalisasi dan dapat terkoneksi 24 jam melalui jaringan internet, sehingga mereka secara alami mahir dalam teknologi. Media sosial merupakan tempat mereka berinteraksi meskipun ada yang bilang generasi ini cenderung narsis namun dibalik sifat tersebut mereka sangat flexible, creative dan open minded. Untuk mengelola generasi milenial ini dibutuhkan manajemen dan kepemimpinan gaya baru yang mampu mengerakan generasi ini menjadi agen perubahan yang penuh harapan. George Bradt sendiri dalam konsepnya mengenai Brave Leadership menyampaikan bahwa terdapat 5 (lima cara dalam memimpin generasi milenial) yang menurut penulis akan tidak jauh berbeda apabila diterapkan kepada gen Z :
1. Behavior artinya tidak membuat jarak dengan mereka kaum muda dan memberikan akses informasi yang seluas-luasnya;
2. Relationship artinya menjadi pendengar yang aktif dan memberikan feedback dengan cara baik dan tepat;
3. Attitude artinya memberikan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan yang menantang
4. Values artinya menjadikanpekerjaan mereka memiliki value dan arti;
5. Environment artinya menciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi yang rumit.
Untuk dapat menjadi panutan, penulis bernggapan bahwa sikap adaptif merupakan langkah yang wajib, sebab gen Y dan Z akan sangat beranekaragam karakternya mengingat telah masuknya globalisasi pada era mereka. Lantas, bagaimana pemimpin yang adaptif itu? Adaptif berarti cerdas menyesuaikan diri dengan perubahan. Kepemimpinan adaptif berarti kepemimpinan yang mudah menyesuaikan dirinya dengan perubahan dan keadaan baru. Seperti saat ini perkembangan organisasi yang dihadapkan dengan zamannya generasi milenial.
Ada empat dimensi kepemimpinan adaptif dalam menjalankan kepemimpinannya yang harus dicapai:
1. Navigate the business environment, menavigasi lingkungan bisnis artinya pemimpin mampu menguasai ketidakpastian dan mengadopsi pendekatan-pendekatan baru jika tetap ingin eksis dalam kondisi yang bergejolak;
2. Leading with emphaty, memimpin dengan empati artinya pemimpin mampu menciptakan rasa memiliki satu tujuan yang sama dan mengelolanya melalui pengaruh daripada melalui perintah dan control;
3. Learning through self-correction, belajar melalui koreksi diri dan refleksi artinya pemimpin mampu mendorong bahkan mendesak upaya percobaan-percobaan baru, bisa saja percobaan tersebut gagal tetapi dari kegagalan tersebut mendapatkan perbaikan;
4. Creating win-win solutions, menciptakan win-win solutions artinya fokus pada keberhasilan yang terus menerus bagi organisasi dan stakeholders atau pengguna jasa.
Perubahan selalu membentuk pandangan baru, dan pandangan baru akan mempengaruhi berbagai peristiwa yang sedang berjalan. Bila pemimpin tidak menyiapkan kepribadiannya untuk menjawab pandangan baru tersebut, maka dia akan menghadapi kesulitan untuk mejalani perubahan itu. Kemampuan menata kepribadian pemimpin dalam sebuah perubahan, akan membantu organisasi untuk menangani berbagai tantangan yang kompleks.
Adapun karakteristik pemimpin yang adaptif menurut Albano, 2012 adalah :
1. Berfikir dan bertindak strategis untuk mempengaruhi lingkungan;
2. Bersifat proaktif, mampu memprediksi peluang dan merancang pemikiran untuk memanfaatkan peluang;
3. Multi perspektif dalam pengambilan keputusan;
4. Mengedepankan kreativitas dalam mengembangkan solusi;
5. Mampu melakukan transformasi structural dan kultural sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan;
6. Sensitif terhadap tuntutan jaman;
7. Berani mengambil risiko;
8. Sangat menghargai inovasi dan personal.
Tuntutan saat ini adalah bagaimana membangun tim kaum muda dengan kemimpinan yang dihadapkan pada generasi milenial dan Z yang mempunyai sifat berbeda dengan generasi sebelumnya tersebut. Tentu dibutuhkan gaya kepemimpinan dan manajemen yang berbeda pula untuk mengoptimalkan peran generasi tersebut. Gaya kepemimpinan yang sangat cocok dengan kaum milenial dan Z seperti, gaya kepemimpinan adaptif, gaya kepemimpinan suportif, dan gaya kepemimpinan apresiatif. Gaya kepemimpinan adaptif adalah gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dan situasi. Gaya kepemimpinan ini tidak kaku dan luwes serta tidak mengenal dengan sistem senioritas dalam organisasi. Gaya kepemimpinan suportif, yaitu gaya kepemimpinan yang memberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dalam organisasi. Kaum milenial menginginkan pemimpin yang dapat mengembangkan karier dalam organisasi dan bekerja lebih fleksible. Gaya kepemimpinan apresiatif, memposisikan mereka bahwa mereka butuh penghargaan dan dihargai atas pencapainnya.
Dari kesimpulan gaya kepemimpinan adaptif, gaya kepemimpinan suportif, dan gaya kepemimpinan apresiatif diatas dapat ditarik benang merah sebagai berikut:
1. Mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk proses kerja yang lebih efisien dan efektif
2. Dekat secara fisik dan juga melalui media sosial
3. Tidak memposisikan diri sebagai pemimpin yang arogan tetapi lebih menjadi seorang pemimpin dan mentor yang baik serta menjadi teman bagi bawahannya
4. Berani menjadi berbeda, baik dari segi pemikiran, kebijakan maupun penampilan
Adapun beberapa hal lain mengenai ciri-ciri tertentu yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin adaptif, diantaranya seperti kapasitas untuk menciptakan lingkungan yang merangkul keragaman pandangan dan memanfaatkan pengetahuan kolektif tersebut untuk memberi manfaat bagi organisasi. Namun disisi lain, pemimpin juga harus paham bahwa setiap perubahan skala besar adalah proses bertahap, yang membutuhkan ketekunan dan kemauan untuk menanggung tekanan yang menyertainya. Bahkan juga harus memahami dengan kondisi bahwa perubahan bisa menjadi proses yang menyakitkan. Oleh karena itu, dia dapat meramalkan dan melawan perilaku enggan dari rekan satu tim. Dengan perubahan dan penyesuaian sistem yang dilakukan untuk mewujudkan pemimpin yang adaptif dan efektif agar tujuan mulia sebuah organisasi yang kita cita-citakan bersama dapat terwujud sesuai dengan visi dan misi.
Tidak hanya menjadi pemimpin yang adaptif, penulis beranggapan ke-efektifan dalam manajemen tentu akan sangat diperlukan dalam memimpin suatu organisasi, profit-oriented ataupun nonprofit-oriented. Kecerdasan kepemimpinan harus ditampilkan dalam wujud kepemimpinan yang efektif. Khususnya, dalam hal pengambilan keputusan yang tegas dan jelas, serta kemampuan beradaptasi melalui pengalaman belajar dari setiap titik perjalanan menuju perubahan.Pemimpin harus harus memiliki ketegasan dan mampu mempengaruhi. Oleh karena itu, pemimpin harus menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip adaptasi dari hasil pembelajarannya bersama intuisi kepemimpinannya, untuk menciptakan sebuah tata kelola baru yang efektif dan produktif. Perubahan mengharuskan pemimpin untuk mendengarkan dengan seksama, membuat tindakan melalui kemampuan beradaptasi terhadap realitas, dan tidak membiasakan diri untuk menghindarkan fakta yang harus dihadapi.
Perubahan memiliki sifat untuk memberi waktu yang terbatas dan informasi yang terbatas. Oleh karena itu, pemimpin tidak boleh ragu dan menjadi tidak berani bertindak, pemimpin harus bergerak cepat untuk membuat keputusan dalam waktu yang terbatas itu, serta menyelesaikan sebuah rencana tindakan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi, untuk mengatasi risiko yang tidak diinginkan dari proses perubahan tersebut. Bila pemimpin tidak mampu memahami keterbatasan waktu dan informasi dalam kejadian perubahan, maka pemimpin akan menunda-nunda tindakan dari keputusan untuk perubahan, dan pada akhirnya dia pasti gagal memenuhi perubahan itu.
Bila pemimpin lupa akan perubahan, maka dia tidak akan pernah mampu beradaptasi dengan sekitar. Realita selalu menunggu perubahan dari kepribadian dan tata kelola yang mampu merangkul realitas, untuk menghasilkan efektifitas dalam setiap proses organisasi. Karakteristik yang dimiliki pemimpin yang efektif diantaranya dilihat dari beberapa sikap indikator diantaranya:
1. Mampu melihat peluang terlebih dahulu sebelum orang lain melihat yang dibarengi dengan inisiatif dan membuat strategi dalam mengarahkan organisasi ke tujuannya.
2. Menjadi role model bagi orang lain, tanpa harus selalu menggunakan komunikasi verbal. Namun dengan bertingkahlaku yang dapat dijadikan panutan bagi orang sekitarnya.
3. Memberdayakan orang lain, mampu mengarahkan sumber daya sesuai dengan peruntukannya. Dalam hal ini, dibutuhkan kecerdasan seseorang untuk dapat melihat dan memaksimalkan potensi seseorang.
4. Bersikap terbuka atas ide dan gagasan baru
4. Kesimpulan kepemimpinan yang adaptif dan efektif terhadap generasi milenial (Y) dan Generasi Z
Pada akhir tulisan penulis menyimpulkan bahwa terkait kepemimpinan yang adaptif dan efektif terhadap generasi Y dan Z bahwa kemampuan untuk mengangkat beban yang berat dalam mempertahankan organisasi, maka semua pegawai harus berubah, cara memimpin harus berubah, lingkungan kerja harus berubah, cara kerja dan budaya kerja harus berubah, cara mengelola tim harus berubah, begitu pula cara memimpin tim dalam organisiasi juga harus berubah. Bagaimana mengelola generasi milenial dan Z, dengan mengubah paradigma tentang bagaimana seharusnya mengelola generasi milenial dan Z melalui pendekatan kekuatan kaum milenial, yaitu melihat sisi kekuatan para milenial kemudian memaksimalkan kekuatan para pemuda tersebut, pemimpin mampu mengenali karakteristik unik generasi milenial, menciptakan lingkungan kerja yang paling sesuai hingga akhirnya mampu untuk memimpin para milenial dan Z untuk bisa bersama-sama mewujudkan visi misi organisasi.
5. Ibadah di Era Indonesia Emas Tahun 2045 Serba Digitalisasi
Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi saat ini, kita bisa merasakan bersama bagaimana derasnya informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Semua itu terjadi karena kemudahan-kemudahan yang disuguhkan teknologi untuk membantu manusia.
Kemudahan yang disuguhkan oleh teknologi ini seperti dua sisi mata uang yang memiliki dampak positif dan juga dampak negatif. Hal yang baik di tengah era digital harus kita maksimalkan dan hal negatifnya harus kita buang. Maksimalisasi sisi positif dari kemudahan di era digital bagi puasa kita ini bisa kita lakukan dengan memanfaatkannya sebagai wasilah atau alat dalam mempertebal keimanan serta meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang agama.
Saat ini, bisa dengan mudah kita dapatkan mauidzah hasanah, ceramah agama, ataupun kajian berbagai jenis kitab melalui berbagai platform program di internet. Melimpahnya konten-konten semacam ini harus bisa kita manfaatkan ini. Namun kemudahan ini juga harus diiringi dengan selektivitas tinggi dalam memilih kajian agama di internet khususnya media sosial seperti Youtube, Facebook, dan sejenisnya. Kehati-hatian memilih kajian Islam ini agar kita benar-benar belajar ilmu agama dari ulama yang benar, jelas silsilah keilmuannya, serta alim dalam bidangnya.
Ambil contoh saja, dengan kemudahan yang ada, kita menghabiskan waktu hanya untuk berselancar dan bermalas-malasan dengan HP kita setiap hari. Kemudahan dalam mengakses dan kurang waspadanya kita dalam memilih berbagai konten internet, juga semakin memberi peluang kita menemukan serta melakukan banyak maksiat.
Jika zaman dulu kemaksiatan dilakukan dengan cara konvensional maka saat ini, kemaksiatan bisa juga dilakukan dengan cara digital, sengaja maupun tidak sengaja apalagi di Era Indonesia Emas Tahun 2045 nantinya yang mungkin semakin canggih di dunia Digitalisasi. Naudzubillah. Belum lagi dampak negatif lain ketika kita banyak bermedia sosial seperti melakukan ghibah, namimah, ujaran kebencian, terpapar hoaks, dan pertengkaran di media sosial. Semua itu sudah dipastikan akan sangat menurunkan kualitas ibadah kita.
Oleh karena itu, Marilah ke depan kita bijak dalam beraktivitas di era digital, khususnya di Era Indonesia Emas Nantinya di Tahun 2045 yang semuanya serba Digitalisasi. Kuatkan dalam diri untuk menggunakan teknologi digital secara hati-hati dan hanya untuk hal-hal yang bermanfaat saja sehingga kita bisa terhindar dari dosa-dosa digital. Amin.
Referensi :
https://id.livingeconomyadvisors.com/711-what-is-adaptive-leadership [diakses pada 15/09/2022]
https://kumparan.com/jamil-azzaini/brave-leadership/full [diakses pada 15/09/2022]
https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-budaya-organisasi.html [diakses pada 15/09/2022]
https://visecoach.com/articles/read/pemimpin-yang-efektif-apa-saja-ciri-cirinya [diakses pada 15/09/2022]
https://klc2.kemenkeu.go.id/course/p-k-m-leadership-open-access-1589fc6e/overview [diakses pada 15/09/2022]
https://www.sehatq.com/artikel/generasi-xyz-dan-masing-masing-karakteristiknya-yang-khas [diakses pada 15/09/2022]
https://kalibawang.kulonprogokab.go.id/detil/786/apa-itu-indonesia-emas-2045 [diakses pada 15/09/2022]