Difference between revisions of "The Power of ASN Milenial"
(The Power of ASN Milenial) |
(Yo) |
||
Line 1: | Line 1: | ||
+ | [[File:Milenial 1.jpg|thumb]] | ||
Dalam dunia kerja saat ini organisasi dihadapkan dengan dua generasi yang berbeda: Generasi X dan Generasi Y, tak terkecuali di dunia pemerintahan. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 80 juta Generasi Y pada 2010 dan akan meningkat menjadi 90 juta pada akhir 2030; berarti 1/3 masyarakat Indonesia merupakan Generasi Y. Pada 2015, lebih dari 35% penduduk Indonesia adalah penduduk muda berusia 15-34 tahun, atau yang biasa disebut generasi milenial. Secara teoretis, sebuah generasi terbentuk sebagai kelompok yang memiliki kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan life events yang signifikan pada tahap kritis perkembangannya. Jadi, sebuah generasi menjadi berbeda dengan generasi lainnya karena terdapat faktor perubahan yang membawanya (Madiistriyatno et al, 2020:19). Di akhir-akhir ini hampir semua instansi pemerintah memiliki ASN generasi milenial. ASN milenial akan menjadi penerus dan penentu arah bangsa ini dimasa yang akan datang. Tentu saja mereka akan menjadi pelaku utama di sektor-sektor penting, baik sektor perekonomian, maupun pemerintahan. Di sektor pemerintahan, telah banyak ASN milenial yang mengambil peran penting. Mereka menjadi ujung tombak dalam menyukseskan program pemerintah, dalam hal ini kinerja mereka akan menentukan kualitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam suatu instansi pemerintah, ASN milenial ini akan berinteraksi dengan ASN lain yang berbeda generasi. Perbedaan generasi ini sedikit banyak akan mempengaruhi cara berinteraksi, dan cara kerja dalam instansi tersebut (Sinaga, 2021:3). | Dalam dunia kerja saat ini organisasi dihadapkan dengan dua generasi yang berbeda: Generasi X dan Generasi Y, tak terkecuali di dunia pemerintahan. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 80 juta Generasi Y pada 2010 dan akan meningkat menjadi 90 juta pada akhir 2030; berarti 1/3 masyarakat Indonesia merupakan Generasi Y. Pada 2015, lebih dari 35% penduduk Indonesia adalah penduduk muda berusia 15-34 tahun, atau yang biasa disebut generasi milenial. Secara teoretis, sebuah generasi terbentuk sebagai kelompok yang memiliki kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan life events yang signifikan pada tahap kritis perkembangannya. Jadi, sebuah generasi menjadi berbeda dengan generasi lainnya karena terdapat faktor perubahan yang membawanya (Madiistriyatno et al, 2020:19). Di akhir-akhir ini hampir semua instansi pemerintah memiliki ASN generasi milenial. ASN milenial akan menjadi penerus dan penentu arah bangsa ini dimasa yang akan datang. Tentu saja mereka akan menjadi pelaku utama di sektor-sektor penting, baik sektor perekonomian, maupun pemerintahan. Di sektor pemerintahan, telah banyak ASN milenial yang mengambil peran penting. Mereka menjadi ujung tombak dalam menyukseskan program pemerintah, dalam hal ini kinerja mereka akan menentukan kualitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam suatu instansi pemerintah, ASN milenial ini akan berinteraksi dengan ASN lain yang berbeda generasi. Perbedaan generasi ini sedikit banyak akan mempengaruhi cara berinteraksi, dan cara kerja dalam instansi tersebut (Sinaga, 2021:3). | ||
Revision as of 07:55, 20 September 2021
Dalam dunia kerja saat ini organisasi dihadapkan dengan dua generasi yang berbeda: Generasi X dan Generasi Y, tak terkecuali di dunia pemerintahan. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 80 juta Generasi Y pada 2010 dan akan meningkat menjadi 90 juta pada akhir 2030; berarti 1/3 masyarakat Indonesia merupakan Generasi Y. Pada 2015, lebih dari 35% penduduk Indonesia adalah penduduk muda berusia 15-34 tahun, atau yang biasa disebut generasi milenial. Secara teoretis, sebuah generasi terbentuk sebagai kelompok yang memiliki kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan life events yang signifikan pada tahap kritis perkembangannya. Jadi, sebuah generasi menjadi berbeda dengan generasi lainnya karena terdapat faktor perubahan yang membawanya (Madiistriyatno et al, 2020:19). Di akhir-akhir ini hampir semua instansi pemerintah memiliki ASN generasi milenial. ASN milenial akan menjadi penerus dan penentu arah bangsa ini dimasa yang akan datang. Tentu saja mereka akan menjadi pelaku utama di sektor-sektor penting, baik sektor perekonomian, maupun pemerintahan. Di sektor pemerintahan, telah banyak ASN milenial yang mengambil peran penting. Mereka menjadi ujung tombak dalam menyukseskan program pemerintah, dalam hal ini kinerja mereka akan menentukan kualitas pelayanan pemerintah terhadap masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam suatu instansi pemerintah, ASN milenial ini akan berinteraksi dengan ASN lain yang berbeda generasi. Perbedaan generasi ini sedikit banyak akan mempengaruhi cara berinteraksi, dan cara kerja dalam instansi tersebut (Sinaga, 2021:3).
BUDAYA, ETOS KERJA, GAYA HIDUP
ASN milenial ini identik dengan pribadi yang terbuka, ingin serba cepat, multitasking, memiliki daya kreativitas tinggi, serta ketergantungan yang tinggi pada teknologi dan informasi. Selain itu, ASN milenial juga lekat dengan daya kritis, melihat melalui perspektif cara pandang yang berbeda. ASN milenial hadir dengan membawa perubahan terhadap gaya bekerja sektor pemerintahan yang hierarki dan statis menjadi lebih dinamis, pada akhirnya memaksa pemerintah untuk berubah. ASN milenial secara umum memiliki lima karakteristik: tech savvy, senang menerima masukan, tidak sabaran, progresif, dan tidak terlalu suka dengan mekanisme kerja yang berlaku (https://dailysocial.id/post/memahami-budaya-bekerja-milenial). Selain itu, ASN milenial tergolong lebih menyukai ruangan terbuka untuk membuka potensi kolaborasi dan co-creation, senang bekerja di lingkungan yang pro terhadap pemakaian teknologi, dan yang terpenting mereka bekerja bukan karena sekadar dapat gaji. Budaya kerja generasi milenial juga dipengaruhi oleh sifat yang dimiliki dan nilai sosial yang dianutnya. Dalam dunia kerja, generasi millenial dianggap sebagai generasi yang tidak memiliki loyalitas pada perusahaan. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena mengingat generasi ini cenderung idealis dan memiliki sifat entitlement. Generasi millenial sudah menetapkan budaya kerja yang menurut mereka adalah ideal, seperti lingkungan kerja fleksibel, rasa kebersamaan, dan pengembangan diri (https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/prinsip-dan-budaya-kerja-generasi-y/).
INTEGRITAS & AKUNTABILITAS
Integritas merupakan konsep yang menunjukkan konsistensi tindakan, nilai dan sikap. Integritas merupakan kebalikan dari kemunafikan. Dalam konteks akuntabilitas, integritas berfungsi sebagai ukuran kesediaan menyesuaikan sistem nilai untuk memelihara atau meningkatkan konsistensi. Pentingnya integritas tercermin dalam sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa “when you are looking at the characteristics on how to build your personal life, first comes integrity; second, motivation; third, capacity; fourth, understanding; fifth, knowledge; and last & least, experience and without integrity, motivation is dangerous; without motivation, capacity is impotent; without capacity, understanding is limited; without understanding, knowledge is meaningless; without knowledge, experience is blind (http://www.divinecaroline.com/22188/109356-integrity).
Integritas ASN sangat erat hubungannya dengan ahlak kerja. Ahlak dimaksudkan sebagai setiap tingkah laku, tindakan yang dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara tegas UU ASN menyebutkan bahwa ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, maka perlu dibangun ASN yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Integritas ASN milenial merupakan ciri sebagai pelayan masyarakat yang professional. ASN wajib memiliki tujuh ciri-ciri public life principles, yaitu tidak berpikir untuk sendiri (selflessness), integritas (integrity), obyektif (objectivity), akuntabel (accountability), terbuka (openness), kejujuran (honesty), dan kepemimpinan (leadership). Dalam membangun integritas di kalangan ASN milenial dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan mereka untuk berpartisipasi lebih aktif atas kegiatan instansi, atau saat instansi sedang menghadapi permasalahan dan memberikan pengakuan dengan reward and punishment yang sesuai dengan kinerja mereka. Selain itu, ASN milenial juga harus diberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan karir secara lebih terukur, sistematis dan berkeadilan. Sehingga akan tercipta budaya yang mengutamakan kompetensi individu untuk menjadi dasar utama dalam sebuah pergantian pimpinan/jabatan, karena ASN milenial diyakini akan lebih memiliki idealism, integritas, akuntabilitas, dan mampu menjaga profesionalisme dalam pekerjaan (https://semarang.ayoindonesia.com/netizen/pr-77803939/Merawat-Milenial-ASN-Langkah-Progresif-Reformasi-Birokrasi?page=all).