Difference between revisions of "Microlearning"
Line 9: | Line 9: | ||
Microlearning yang singkat bukan karena kemalasan pembuat konten untuk merancang bangun bahan pelatihan yang panjang. ''Microlearning is a form of training delivered in purposefully small units'' <ref>Growth Engineering, ''The Science of Microlearning: Why Small is the new big'', (Growth Ebgineering, 2019), https://www.growthengineering.co.uk/neuroscience-of-microlearning/.</ref>. Ia singkat karena kesengajaan dan didasarkan pada analisa kecenderungan belajar manusia modern dewasa ini. | Microlearning yang singkat bukan karena kemalasan pembuat konten untuk merancang bangun bahan pelatihan yang panjang. ''Microlearning is a form of training delivered in purposefully small units'' <ref>Growth Engineering, ''The Science of Microlearning: Why Small is the new big'', (Growth Ebgineering, 2019), https://www.growthengineering.co.uk/neuroscience-of-microlearning/.</ref>. Ia singkat karena kesengajaan dan didasarkan pada analisa kecenderungan belajar manusia modern dewasa ini. | ||
− | Microlearning terkait dengan microcontent yaitu objek pembelajarannya dan microcredential yaitu pengakuan terhadap kompetensi yang didapatkan dari microlearning. | + | Microlearning terkait dengan microcontent yaitu objek pembelajarannya dan microcredential yaitu pengakuan terhadap kompetensi yang didapatkan dari microlearning. |
+ | |||
+ | Penyelenggara pelatihan dapat mengetahui kapan suatu pengetahuan atau keterampilan cocok disampaikan dalam bentuk microlearning dengan melihat ciri-cirinya berikut ini: | ||
+ | |||
+ | * Ruang lingkup sempit atau biasa diungkapkan bite-sized | ||
+ | * Too small a topic to be a full-fledged training | ||
+ | * Too important to miss | ||
== Apa keunggulan Microlearning? == | == Apa keunggulan Microlearning? == |
Revision as of 13:11, 9 March 2021
Small is the new Big. Di jaman serba instan dewasa ini ada kecenderungan orang untuk menulis dan membaca tulisan pendek. Kebiasaan baru ini tentu dipengaruhi oleh kebiasaan menulis dan membaca SMS dan postingan di media sosial yang memiliki karakteristik demikian. Kalimat dan kata-katapun cenderung disingkat. Bahkan tidak jarang kita mendapatkan pesan yang isinya hanya emoji dan simbol-simbol. Seni visual juga ikut terdampak dengan semakin populernya film pendek. Intinya kecenderungan manusia jaman sekarang adalah mendapatkan informasi langsung ke intinya tanpa embel-embel. Budaya baru ini rupanya meluas lebih jauh sehingga tidak hanya kita temui di percakapan informal di media sosial. Pada proses pembelajaran dalam rangka pengembangan kompetensi pegawai, microlearning mengemuka dan perlahan tapi pasti akan masuk ke rana mainstream pengembangan kompetensi.
Apa itu microlearning?
Definisi mengenai microlearning sangat beragam. Namun ciri-ciri umum tergambar pada definisi yang dikemukakan oleh Allencomm [1] yakni microlearning terfokus dan menawarkan pengetahuan dan informasi dalam takaran yang sesuai untuk membantu si-pembelajar mencapai tujuan tertentu yang sifatnya actionable. Microlearning merupakan sebuah strategi untuk menyusun konten menjadi segmen-segmen kecil dan fokus. Konten dapat berupa video, infografis atau artikel dengan durasi singkat sekitar 5 menit [2]. Proses microlearning biasanya terjadi dalam bentuk interaksi dengan konten-mikro pada learning management systems atau mikro-konten yang sifatnya muncul spontan seperti di postingan blog atau media sosial [3].
Microlearning yang singkat bukan karena kemalasan pembuat konten untuk merancang bangun bahan pelatihan yang panjang. Microlearning is a form of training delivered in purposefully small units [4]. Ia singkat karena kesengajaan dan didasarkan pada analisa kecenderungan belajar manusia modern dewasa ini.
Microlearning terkait dengan microcontent yaitu objek pembelajarannya dan microcredential yaitu pengakuan terhadap kompetensi yang didapatkan dari microlearning.
Penyelenggara pelatihan dapat mengetahui kapan suatu pengetahuan atau keterampilan cocok disampaikan dalam bentuk microlearning dengan melihat ciri-cirinya berikut ini:
- Ruang lingkup sempit atau biasa diungkapkan bite-sized
- Too small a topic to be a full-fledged training
- Too important to miss
Apa keunggulan Microlearning?
Meskipun microlearning tidak untuk menggantikan model pelatihan standar yang ada, namun ia memiliki kelebihan seperti yang patut diperhitungkan. Karena kecenderungan dan kebiasaan orang masa kini mengkonsumsi informasi yang pendek dan ringkas, maka microlearning merupakan bentuk pelatihan yang sangat sesuai. Microlearning menjamin engagement peserta dan retensi pengetahuan [5]. Keunggulan lainnya adalah durasinya pendek, murah penyelenggaraannya, dan lebih mudah dibangun. Dalam sebah survei 94% atau delapan dari sepuluh profesional bidang pembelajaran dan pengembangan memilih microlearning karena peserta mereka juga begitu [6]. Dengan microlearning pegawai berkesempatan mengupdate pengetahuan dan kemampuan mereka secara terus menerus. Microlearning juga mendukung pengembangan kompetensi secara berkelanjutan atau lifelong learning. Corporate university yang sudah mulai merambah ke sektor pemerintah dpat menggunakan microlearning sebagai alat pengembangan kompetensi pegawai.
Berikut disampaikan keunggulan microlearning secara lebih lengkap [5].
1. Pengembangannya lebih cepat
Karena bentuknya pendek maka tidak memerlukan waktu banyak untuk membangunnya dan segera siap dikonsumsi oleh target peserta. Microlearning menurunkan biaya pengembangan sebesar 50% dan kecepatan produksi sebesar 300% [6]. Hal ini sangat sesuai ketika perubahan terjadi dengan cepat dan pengetahuan pegawai perlu di upgrade dengan cepat pula. Karena kecepatan produksi, delivery dan akses maka microlearning memungkinkan perwujudan konsep just-in-time dalam pengembangan kompetensi [1]. Selain pengembangannya cepat, durasi belajarnya pada sisi peserta juga lebih pendek sehingga bisa dipelajari dengan cepat sebelum mereka tergoda oleh konten online lainnya seperti media soasial. Secara teoretis pembelajaran selama 3-7 menit sesuai dengan kapasitas memori aktif dan daya perhatian manusia [6].
2. Lebih murah
Microlearning sangat murah untuk diproduksi. Jumlah orang yang harus terlibat sangat sedikit. Bahkan tidak diperlukan tools khusus untuk membuat bahan pembelajaran. LMS yang dipergunakanpun adalah yang sudah dipergunakan untuk pelatihan reguler.
3. Fleksibel
Microlearning dapat memuat materi yang sangat spesifik, tetapi juga bisa yang sangat luas untuk tujuan preview. Karena fleksbilitasnya maka icrolearning dapat mendukung pengembangan kompetensi berkelanjutan.
4. Lebih menarik minat belajar
Microtraining tidak terlalu jauh berbeda dengan penggunaan media sosial yang sudah tidak diragukan daya tariknya. Microlearning membuat transfer pembelajaran 17% lebih efisien dan daya tarik belajar 50% lebih tinggi [6].
5. Meningkatkan retensi pengetahuan
Menurut kajian microlearning, jika anda mempelajari sesuatu secara berulang dan mengulanginya lagi ketika sudah hampir lupa maka akan lebih tertanam dalam memori. Bahan microlearning sangat gampang untuk dibuka berkali-kali karena ukurannya kecil dan topiknya sangat terfokus dan sepesifik.
6. Memberikan lebih banyak kebebasan kepada peserta
Microlearning memungkinkan peserta menikmati pembelajaran kapanpun dan dimanapun mereka punya kesempatan. Bahkan materinya sangat gampang diunduh untuk dipelajari secara offline.
Apa kelemahan Microlearning?
Microlearning tentu tidak lepas dari kelemahan. Adriotis [5] menyebutkan 2 kelemahan.
1. Tidak cocok untuk konsep yang rumit
Sesuai namanya, kekuatan utama Microlearning adalah pada penyampaian informasi dan pengetahuan spesifik. Namun demikian bukan berarti microlearning tidak dapat mengakomodasi topik yang kompleks sama sekali. Kelemahan ini bisa diatasi dengan melakukan dekonstruksi sebuah konsep rumit menjadi serangkaian microlearning yang saling terkait.
2. Tidak cocok untuk pelatihan yang sifatnya mendalam
Untuk pelatihan yang membutuhkan proses pembelajaran secara mendalam maka microlearning bukan pilihan yang tepat.
Bagaimana relevansi microlearning dengan Pengembangan Kompetensi ASN?
Profesi ASN yang kini telah mulai dirambah oleh generasi millenial tentu sangat relevan untuk dipertimbangkan dalam model pengembangan kompetensi. Generasi millenial lebih menyukai pembelajaran yang dikustomisasi, berbasis kebutuhan dan informal [6]. Dengan adanya hak setiap PNS untuk mendapatkan pengembangan kompetensi minimal 20 jam pembelajaran dalam setahun maka sebagian dari hak mereka itu dapat terpenuhi melalui microlearning.
Bagaimana mengembangkan Microlearning?
Mengembangkan microlearning harus dilakukan dengan cermat agar benar-benar dapat dimanfaatkan oleh pegawai.
Desain e-Learning secara umum
Identifikasi kebutuhan
Kebutuhan dapat diidentifikasi melalui salah satu atau gabungan dari beberapa cara, antara lain:
- Melakukan kajian pemetaan secara formal
- Melakukan diskusi dengan pakar, karena mereka memahami berbagai isu yang penting untuk dipelajari
- Melakukan diskusi dengan pimpinan karena pimpinan sangat mengetahui gap kompetensi pada orang-orang yang dipimpinnya
Daftar Nominatif Microlearning
Silahkan ditambahkan
Rumpun Digital Literacy
- Membangun bahan pembelajaran dengan fitur dasar Powerpoint
- Membangun bahan pembelajaran dengan fitur advanced Powerpoint
- Menyusun Bahan Presentasi yang persuasif
- Membuat Infografis
- Membuat animasi
- Movie Making
- Bermedia sosial secara cerdas, aman dan beretika
Kesehatan dan Kebugaran
- Stress Management (e.g. Psikchological first aid di BPSDM DKI)
- Diet sehat untuk prodfesional
- Postur sehat dalam bekerja (Cara duduk, dan mengatur pola aktivitas yang menyehatkan)
- Ruang kerja Asri
- Exercise untuk Bugar di tempat kerja sepanjang hari
Produktivitas Kerja
- Time management
- Tips produktif di new normal
- Bahasa Inggris khusus, misal TOEFL, Business letter, negosiasi
- Bagaimana menyusun proposal bantuan luar negeri
- Bagaimana menyusun aplikasi beasiswa
- Bagaimana membuat bahan presentasi yang persuasif
- Tips sehat dalam bekerja
Revolusi Mental
- Break down masing-masingnilai dalam ANEKA
- Tips bermedsos cerdas dan aman
- ASN anti narkoba
- ASN anti radikalisme
- Menjadi Agen Perubahan/Inovasi
- ASN Peduli lingkungan (bisa bersinergi dengan GGGI untuk minta tips praktis)
- Ttips mengemat energi di kantor
- Bagaimana mengidentifikasi gejala awal masalah integritas
- Bagaimana mengidentifikasi gejala awal radikalisme
- Bagaimana membangun motiasi kerja,
Referensi
- ↑ 1.0 1.1 Allencomm, What is Microlearning, (Allencomm, n.d.), https://www.allencomm.com/what-is-microlearning/.
- ↑ D. Lianovanda, Ampuhnya Metode Micro-Learning untuk Pembelajaran Online, (Ruangbelajar, 2020), https://www.ruangkerja.id/blog/ampuhnya-metode-micro-learning-untuk-pembelajaran-online.
- ↑ S. Mosel, Self Directed Learning With Personal Publishing and Microcontent. Constructivist Approach and Insights for Institutional Implementations, paper presented at the Microlearning 2005 conference, June 23-24, 2005, Innsbruck, Austria, (Microlearning Conference, 2005), http://www.microlearning.org/micropapers/MLproc_2005_mosel.pdf.
- ↑ Growth Engineering, The Science of Microlearning: Why Small is the new big, (Growth Ebgineering, 2019), https://www.growthengineering.co.uk/neuroscience-of-microlearning/.
- ↑ 5.0 5.1 5.2 N. Andriotis, What Is Microlearning: A Complete Guide For Beginners, (eLearning Industry, 2018), https://elearningindustry.com/what-is-microlearning-benefits-best-practices.
- ↑ 6.0 6.1 6.2 6.3 6.4 K. Gitierrez, Numbers Don’t Lie: Why Microlearning is Better for Your Learners (and You too), (Shift Disruptive Learning, 2018), https://www.shiftelearning.com/blog/numbers-dont-lie-why-bite-sized-learning-is-better-for-your-learners-and-you-too.