Difference between revisions of "Microlearning"

From ASN Encyclopedia, platform crowdsourcing mengenai ASN
Jump to navigation Jump to search
Line 1: Line 1:
Di jaman serba instan dewasa ini ada kecenderungan orang untuk menulis dan membaca tulisan pendek. Ada kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan menulis dan membaca SMS dan postingan di media sosial. Kalimat dan kata-katapun cenderung disingkat. Bahkan tidak jarang kita mendapatkan pesan yang isinya hanya emoji dan simbol-simbol.  Seni visual juga ikut terdampak dengan semakin populernya film pendek. Intinya kecenderungan manusia jaman sekarang ingin mendapatkan informasi langsung ke intinya tanpa embel-embel. Budaya baru ini rupanya meluas lebih jauh sehingga tidak hanya kita temui di percakapan informal di media sosial. Pada proses pembelajaran dalam rangka pengembangan kompetensi pegawai, microlearning mengemuka dan perlahan tapi pasti akan masuk ke rana ''mainstream'' pengembangan kompetensi.  
+
''Small is the new Big''. Di jaman serba instan dewasa ini ada kecenderungan orang untuk menulis dan membaca tulisan pendek. Ada kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan menulis dan membaca SMS dan postingan di media sosial. Kalimat dan kata-katapun cenderung disingkat. Bahkan tidak jarang kita mendapatkan pesan yang isinya hanya emoji dan simbol-simbol.  Seni visual juga ikut terdampak dengan semakin populernya film pendek. Intinya kecenderungan manusia jaman sekarang ingin mendapatkan informasi langsung ke intinya tanpa embel-embel. Budaya baru ini rupanya meluas lebih jauh sehingga tidak hanya kita temui di percakapan informal di media sosial. Pada proses pembelajaran dalam rangka pengembangan kompetensi pegawai, microlearning mengemuka dan perlahan tapi pasti akan masuk ke rana ''mainstream'' pengembangan kompetensi.  
  
 
== Apa itu microlearning? ==
 
== Apa itu microlearning? ==

Revision as of 21:05, 20 February 2021

Small is the new Big. Di jaman serba instan dewasa ini ada kecenderungan orang untuk menulis dan membaca tulisan pendek. Ada kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan menulis dan membaca SMS dan postingan di media sosial. Kalimat dan kata-katapun cenderung disingkat. Bahkan tidak jarang kita mendapatkan pesan yang isinya hanya emoji dan simbol-simbol. Seni visual juga ikut terdampak dengan semakin populernya film pendek. Intinya kecenderungan manusia jaman sekarang ingin mendapatkan informasi langsung ke intinya tanpa embel-embel. Budaya baru ini rupanya meluas lebih jauh sehingga tidak hanya kita temui di percakapan informal di media sosial. Pada proses pembelajaran dalam rangka pengembangan kompetensi pegawai, microlearning mengemuka dan perlahan tapi pasti akan masuk ke rana mainstream pengembangan kompetensi.

Apa itu microlearning?

Definisi mengenai microlearning sangat beragam. Namun ciri-ciri umum tergambar pada definisi yang dikemukakan oleh Allencomm [1] yakni microlearning terfokus dan menawarkan pengetahuan dan informasi dalam takaran yang sesuai untuk membantu sipembelajar mencapai tujuan tertentu yang sifatnya actionable Microlearning merupakan sebuah strategi untuk menyusun konten menjadi segmen-segmen kecil dan fokus. Konten dapat berupa video, infografis atau artikel dengan durasi singkat sekitar 5 menit [2]. Proses microlearning biasanya terjadi dalam bentuk interaksi dengan konten-mikro pada learning management systems atau mikro-konten yang sifatnya muncul spontan seperti di postingan blog atau media sosial [3].

Microlearning terkait dengan microcontent yaitu objek pembelajarannya dan microcredential yaitu pengakuan terhadap kompetensi yang didapatkan dari microlearning.

Apa keunggulan Microlearning?

Meskipun microlearning tidak untuk menggantikan model pelatihan standar yang ada, namun ia memiliki kelebihan seperti yang patut diperhitungkan. Karena kecenderungan dan kebiasaan orang masa kini mengkonsumsi informasi yang pendek dan ringkas maka microlearning merupakan bentuk pelatihan yang sangat sesuai. Microlearning menjamin engagement peserta dan retensi pengetahuan [4]. Keunggulan lainnya adalah durasinya pendek, murah penyelenggaraannya, dan lebih mudah dibangun.

Berikut disampaikan keunggulan microlearning secara lebih lengkap [4].

1. Pengembangannya lebih cepat

Karena bentuknya pendek maka tidak memerlukan waktu banyak untuk membangunnya dan segera siap dikonsumsi oleh target peserta. Hal ini sangat sesuai ketika perubahan terjadi dengan cepat dan pengetahuan pegawai perlu di upgrade dengan cepat pula. Karena kcepatan produksi, delivery dan akses maka microlearning memungkinkan erwujudan konsep just-in-time dalam pengembangan kompetensi [1]. Selain pengembangannya cepat, durasi belajarnya pada sisi peserta juga lebih pendek sehingga bisa dipelajari dengan cepat sebelum mereka tergoda oleh konten online lainnya seperti media soasial.

2. Lebih murah

Microlearning sangat murah untuk diproduksi. Jumlah orang yang harus terlibat sangat sedikit. Bahkan tidak diperlukan tools khusus untuk membuat bahan pembelajaran. LMS yang dipergunakanpun adalah yang sudah dipergunakan untuk pelatihan reguler.

3. Fleksibel

Microlearning dapat memuat materi yang sangat spesifik, tetapi juga bisa yang sangat luas untuk tujuan preview. Karena fleksbilitasnya maka icrolearning dapat mendukung pengembangan kompetensi berkelanjutan.

4. Lebih menarik minat belajar

Microtraining tidak terlalu jauh berbeda dengan penggunaan media sosial yang sudah tidak diragukan daya tariknya.

5. Meningkatkan retensi pengetahuan

Menurut kajian microlearning , jika anda mempelajari sesuatu secara berulang dan mengulanginya lagi ketika sudah hampir lupa maka akan lebih tertanam dalam memori. Bahan microlearning sangat gampang untuk dibuka berkali-kali karena ukurannya kecil dan topiknya sangat terfokus dan sepesifik.

6. Memberikan lebih banyak kebebasan kepada peserta

Microlearning memungkinkan peserta menikmati pembelajaran kapanpun dan dimanapun mereka punya kesempatan. Bahkan materinya sangat gampang diunduh untuk dipelajari secara offline.

Apa kelemahan Microlearning?

Microlearning tentu tidak lepas dari kelemahan. Adriotis [4] menyebutkan 2 kelemahan.

1. Tidak cocok untuk konsep yang rumit

Sesuai namanya, kekuatan utama Microlearning adalah pada penyampaian informasi dan pengetahuan spesifik. Namun demikian bukan berarti microlearning tidak dapat mengakomodasi topik yang kompleks sama sekali. Kelemahan ini bisa diatasi dengan melakukan dekonstruksi sebuah konsep rumit menjadi serangkaian microlearning yang saling terkait.

2. Tidak cocok untuk pelatihan yang sifatnya mendalam

Untuk pelatihan yang membutuhkan proses pembelajaran secara mendalam maka microlearning bukan pilihan yang tepat.

Bagaimana relevansi microlearning dengan Pengembangan Kompetensi ASN?

Profesi ASN yang kini telah dirambah oleh generasi millennial tentu sangat relevan untuk dijadikan alat pengembangan kompetensi. Beberapa bukti ...........


Referensi

  1. 1.0 1.1 Allencomm, What is Microlearning, (Allencomm, n.d.), https://www.allencomm.com/what-is-microlearning/.
  2. D. Lianovanda, Ampuhnya Metode Micro-Learning untuk Pembelajaran Online, (Ruangbelajar, 2020), https://www.ruangkerja.id/blog/ampuhnya-metode-micro-learning-untuk-pembelajaran-online.
  3. S. Mosel, Self Directed Learning With Personal Publishing and Microcontent. Constructivist Approach and Insights for Institutional Implementations, paper presented at the Microlearning 2005 conference, June 23-24, 2005, Innsbruck, Austria, (Microlearning Conference, 2005), http://www.microlearning.org/micropapers/MLproc_2005_mosel.pdf.
  4. 4.0 4.1 4.2 N. Andriotis, What Is Microlearning: A Complete Guide For Beginners, (eLearning Industry, 2018), https://elearningindustry.com/what-is-microlearning-benefits-best-practices.